Halo sobat pena semua. Edisi ahad kali ini aliasa akhir pekan bahagia ini seharusnya menerbitkan seri "Romansa Sewindu" sebuah fiksi yang mengisahkan perjalanan Roman dan Speciosa.
Saya sengaja memilih libur dulu untuk seri ini, karena hanya ingin istrahat dan menulis tulisan bebas sembari riset cerita menarik untuk kelanjutan kisah romansa tersebut.
Kali ini saya ingin menulis tentang cita-cita dan harapan akan kontribusi jangka panjang. Jika dalam menyelami dunia investasi tentu para investor selalu memiliki tiga pandangan atau paling sedikit dua pandangan dasar tentang uang yang akan mereka tanam. Berinvestasi untuk janga pendek, menengah dan panjang.
Nah kali ini saya ingin berinvestasi jangka panjang, tentu di dunia literasi. Mengajak sobat pena semuanya mendoakan bahkan jika berkenan kolaborasi untuk mewujudkan cita-cita membangun sejuta perpustkaan untuk negeri dan semoga 2045 tepat di 100 tahun usia negeri ini cita-cita tersebut wujud.
Tentang harapan yang dicita-citakan. Literasi kita harus diakui mengalami kemerosotan yang begitu parah. Era digital memperparah minat untuk membaca buku apatahlagi membeli buku.
Tulisan ini terkesan subjektif dan memiliki ambisi untuk membangun sejuta perpustkaan untuk negeri. Pertanyaannya akankah terwujud dan di masa akan datang bisa jadi orang-orang akan meninggalkan buku. Saya kurang sepakat dengan pandangan ini, bahkan nantinya buku akan menjadi barang mewah dan berharga.
Buku dan perpustakaan adalah jodoh. Menjodohkan keduanya adalah hal berharga untuk nasib negeri ini.
Klise dan terkesan berlebihan tulisan di atas. Terserah pandangan sodara, mari kita perhatikan negara-negara maju bagaimana angka literasi mereka meningkat tiap tahunnya.
Finland, Jepang dan Kanada saja itu tiap tahunnya mengalami kenaikan minat baca yang tinggi, investasi pemerintah pada pembangunan manusia itu menyeluruh dan megutamakan kesediaan bacaan yang baik.