Pada pagi yang cerah, mentari menyapa hangat betapa Sepciosa sangat bahagia. Setiap pagi ia selalu sumringah karena cerita dongeng dari ibu dan ayah yang selalu dibacakan setiap malamnya.
Lagerstomia Speciosa hadiah nama dari Ayahnya. Pak Modjo orang memanggilnya, memiliki keturunan dari Kiyai Modjo yang menjadi rekan pejuang dengan Diponegoro sejarah perlawan pada Belanda tahun 1825 hingg 1830 Masehi. Pak Modjo merupakan salah satu sastrawan muda di Jogja.
Memiliki putri dan diberi nama Lagerstomia Speciosa dari bahasa latin berakar dari definisi bunga yang kuat dan mampu hidup ditanah kering sekalipun. Tentu ini doa guna gadisnya yang cantik kelak tidak hanya jelita nan anggun tapi juga jadi sosok wanita kuat.
Ibunya bernama Ria Astuti, selalu dipanggil bunda ria. Kehidupan keluarga mereka terbilang sederhana tidak susah dan tidak juga bergemilang harta karena masih merintis usaha di dunia penerbitan buku. Pak Modjo sendiri sudah banyak meninggalkan karya-karya sastra kenamaan sebelum ia pensiun sebagai dosen sastra di salah satu kampus swasta di kota pelajar ini.
Speciosa adalah anak satu-satunya. Ia hadir bak sebuah keindahan dan anugerah terbesar. Tentu harapan dan doa begitu besar untuknya.
Saban pagi hari di tiap harinya. Ia selalu membawa bekal dongeng dan cerita-cerita indah yang baru untuk teman-temannya di sekolah. Anak seusia kelas 1 SD ia terbilang cerewet dan gemar menceritakan dongeng.
Tak jarang di sekolah ia selalu menjadi duta sekaligus perwakilan sekolah untuk menjuarai event berdongeng seusianya. Ia lucu, ekspresif dan penuh penjiwaan. Namun satu hal sejatinya ia anak yang begitu pemalu, karena dorongan ayah dan penguatan dari ibu Ria dia akhirnya jadi anak yang pemberani untuk tampil.
Suatu hari ayah Modjo berkata padanya, "kelak Speciosa jadi anak yang tumbuh besar tidak hanya sebagai anak cerdas dan cantik, tapi doa ayah duta semoga jogja besok jadi kota indah, cantik dan diceritakan dengan Indah oleh penerus seperti Speciosa dan teman lainnya yang sama-sama cerdas dan cantik."
Ketika ayah sepulang menghantarkan sekolah atau sedang mengunjungi museum yang ada di Jogja. Perkataan di atas selalu teringat jelas di hati Speciosa.
Suatu momoent Specioso dihadiahkan oleh ayah satu dongeng karya ayahnya sendiri saat ia ulang tahun di usia 7 tahun baru saja. Dongen Itu berjudul "Ki Roro Adil" adaptasi tentunya dari cerita "Roro Jongrang" dan "Ratu Adil".