Tersadarkan hari ini ternyata hari kopi Nasional. Wah muter otak baiknya nulis apa ya tentang kopi.
Nulis seputar kopi yang kompleks takutnya bosen bahkan terkesan basi. Sore hari pun terpikirkan untuk ngopi di angkringan sebelum mempersiapkan alat-alat keberangkatan keluar kota untuk ziarah ke berbagai kota sekaligus menjalani misi penelitian dari kampus.
Kehangatan sore, kepulan asap angkringan, menghangatkan suasana Sore itu. Ditambah ngobrol sembari seruput kopi ke bapak penjual angkringan.
Obrolan kami bicarain fenomena sekitar, biasa langkah awal membuka obrolan hangat di angkringan hehehehe. Dan serunya bapaknya justru membuka obrolan yang lebih serius, saya mendengarkan tuturan beliau tentang sejarah.
Beliau berujar, betapa Belanda itu menjajah berabad lamanya karena tanah kita subur. Tanam apa saja ya tumbuh. Sayangnya setelah merdeka kita masih terjajah secara ekonomi. Saya pun kaget, kritis dan menampar sekaligus pernyataan bapak di angkringan sore itu.
Berbicara kesuburan tanah negri ini. Kepala saya mengarah ke hasil-hasil kopi negri ini memang benar adanya tumbuh di tanah subur. Rasa kopi-kopi kita enak dari berbagai daerah. Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua bahkan Kalimantan belakangan juga sudah mulai ditemukan varian biji kopi yang enak di sana.
Intinya kita kaya. Sekecil pulau dewata saja punua kopi fenomenal yang biasa dinamakan Bali Kintamani.
Kopi di Bawah oleh Kolonial?
Wah kalau pandangan bahwa kopi itu dibawah oleh kolonial Belanda tahun 1800-san. Izinkan saya keberatan dengan teori ini.
Saya justru memiliki pandangan sendiri. Bahwa kopi itu sudah lama ada sejak Nusantara nan subur ini ada. Kesuburan tanahnya sudah lebih dahulu tersajikan jauh sebelum negri kolonial itu menjajah.
Jika ingin membantah pandangan saya. Kita boleh berdebat keras. Draft penelitian tentang sejarah panjang kopi di negri ini saya persiapkan.