Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Hedonis: Dari Pragmatis ke Falsafah Plato

Diperbarui: 27 Februari 2023   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@vangoghmuseum karya Vincent tahun 1890. 


Fenomena belakangan kala media informasi menjadi arus dan membanjiri manusia. Satu sisi baik, di banyak sisi petaka.

Per hari ini saya melihat tagar trending di salah satu media sosial kiranya terkait Bea Cukai Hedon. Saya tidak penasaran sedikitpun untuk mencari tahu.

Tulisan sederhana kali ini terpicu membahas sedikit filsafat.  Dan mencoba melihat sisi lain bahwa hedonis dan pragmatis adalah fenomena hari ini.

Kala mata tertuju pada kemewahan, sikap pragmatis bahkan politik pragmatis. Sejenak kita coba renungkan satu falsafah kuno.

Mari kita coba lihat abad lalu bahkan beberapa abad lalu tentang lawan hidup pragmatis ala filsof Plato. Kehidupan sederhan yang cukup mencintai bahkan "kenyang" pada ide.

Kenapa Plato?

Alasan sederhanya. Plato salah satu filsuf kuno. Dia memiliki sikap anti pragmatis.

Saya katakan demikian karena menilik tulisan Bung Hatta "Alam Pikir Yunani". Di sana diceritakan betapa etika kehidupan Plato itu jauh dari dunia hedonis dan berfokus pada dunia ide.

Dunia ide dapat kita tafsirkan dengan dunia ilmu pengetahuan. Bahkan dunia kebijaksanaan.

Dunia yang mahal bahkan tidak pernah menyakiti atau membunuh manusia karena merasa memiliki kekayaan. Itu kekayaan fana yang mencelakakan diri.

Itulah sebabnya jika "menyembah" kekayaan. Lupa memberi asupan pada jiwa untuk mencintai kemuliaan pada ilmu. Yang menurut Plato adalah ide bermuara pada kemuliaan dan kehormatan tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline