Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Artifisial antara Ancaman atau Harapan bagi Penulis

Diperbarui: 13 Februari 2023   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi yang dimainkan dengan kecamggihan artifisial/Dokpri

Kali ini kita diskusikan dunia baru. Dunia masa depan.

Kedatangan AI alias artifisial intelejen. Ini adalah kenyataan. Adalah keniscayaan. Tak bisa dihindari.

Apakah ancaman bagi dunia penulis khususnya. Kala ada chat otomatis, yang dengan cepat bisa merangkai kata, bahkan menyajikan bentuk novel dengan mengintruksikan karakter tokoh yang diminta.

Jelas di atas adalah ancaman. Tapi ada suara harapan dari sudut lain. Harapan jika penulis mau mempercantik tulisan saban hari. Menyisipkan tulisan "bertuah".

Bertuah dalam arti luas pastinya. Tepatnya syarat akan makna dan pemaknaan yang mendalam.

Satu hal yang perlu diingat. AI tak punya hati dan rasa bahasa tulisannya tidak akan menyentuh hati. Menyentuh rasa komersial tentu. Ini ancaman sekaligus tantangan!

Masa depan yang mahal hanya satu. Apakah itu? Wisdom. Makanya belajar untuk mengasa rasa, bangun empaty dan punya atitude yang tinggi.

Terdengar sangat bertuah seperti nasihat. Tapi nyatanya hanya inilah yang mahal kedepan.

Mari diskusikan lebih jauh. Mari bicarakan secara serius. Kala ancaman silih berganti dan tak pasti. Semua berubah dengan cepat.
Intinya tak perlu takut dan kawatir pada teknologi. Dia akan terus berkembang. Jangan bimbang pada kedatangan arifisial yang canggih ini.

Segala yang artifisial itu bisa jadi kepura-puraan atau kebohongan yang mengada-ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline