Dunia kepenulisan. Menarik bagi saya memperbincangkan terus menerus.
Alasan terkuatnya tentu karena banyak alasan. Baik alasan idelaisme sebagai anak muda, hingga alasan praktis untuk bersaulatnya diri secara finansial.
Menulis dijadikan sumber penghasilan mungkin terdengar naif, seolah kaki ini tidak pernah ke toko-toko buku besar yang sudah berkamuflase tidak lagi menjual buku.
Kenaifan dan ketidak tahuan inilah jadi alasan terkuat saya tetap menulis. Api harapan menulis itu akhirnya menyala akibat kebodohan, kenaifan dan semua sebutan bernotasi tidak tau apa-apa.
Selain kenaifan hal lain yang membuat saya ingin terus menulis. Dikarenakan "rakus"nya saya membeli buku. Semoga makin rakus juga dalam membacanya.
Ada banyak alasan lain. Menulis selalu punya alasan untuk memulai namun tak ada ada alasan untuk berhenti.
Pernah berhenti menulis beberapa tahun lalu dikarenakan kesibukan mengajar. Ternayata ini adalah kesalahan dan pengalaman berharga untuk tidak melakukan kesalahan demikian.
Suatu kesempatan hati terteku malu. Pernah berkenalan dengan penulis disabilitas beberapa waktu lalu. Mereka beberapa penulis diantaranya penulis yang rajin.
Mulai detik itu juga saya mulai menekatkan diri. Menjadi penulis. Ya, benar sekali terkesan nekat dan tanpa perhitungan.
Menulis adalah pilihan bagi saya yang bodoh. Dan baru memulai. Tanpa ragu dan selalu percaya bahwa pembaca kian membuka mata.
Setidaknya goresan pena ini. Jadi alarm untuk terus berkarya di manapun dan dalam bentuk apapun.