Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Hamka: Menuliskan Cita, Cinta, dan Perjuangan

Diperbarui: 6 Februari 2023   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: www.goodnewsfromindonesia.id

Hamka. Sosok tokoh inspirasi berpengaruh. Ulama menulis beragam tema. 

Role model kepenulisan sejak di bangku kuliah. Berkenalan dengan beliau melalui tulisan-tulisan dan buku-bukunya.

Hamka meninggal puluhan tahun lalu. Tapi karyanya masih bisa kita nikmati hingga hari ini.

Sastrawan, sejarawan sekaligus ulama melayu satu ini. Adalah penulis besar milik Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga hari ini karena beragam tema yang ditulisnya secara produktif.

Hamka adalah penulis, memiliki spirit, bahkan cita-cita besar yang ia padukan dengan cinta. “Ungkapan menulis dengan hati maka akan sampai di hati juga”. Membaca tulisan Hamka seolah menikamti taman bunga yang ditata setulus hati.

Satu hal unik dari maestro penulis angkatan 45 ini ialah ia mampu bertutur lewat tulisan dengan cepat. Merampungkan tulisan dalam waktu singkat. 

Sang anak dan keluarganya serta asistennya Nasution selalu terheran-heran kala saban hari Hamka selalu saja menyuguhkan tulisan baru.

Dalam buku “Adicerita Hamka” ditulis oleh James Rush diceritakan betapa Nasution selalu saja keteteran memperbaiki tulisan Hamka yang terkesan buru-buru. Penulis satu ini sangat produktif. 

(Adicerita Hamka, 2017)


Jemari Hamka selalu “liar”, lincah dan penuh spirit untuk selalu menulis. Ia berhasil memberikan keteladan sekaligus warisan berharga.

Hamka meneladankan diri sebagai tokoh, bukan hanya karena keulamaannya saja. Kekuatan penanya mampu memadukan cita dan cinta jadi satu.

Digoresnya dengan sentuhan hati. Tafsir Al Azhar berjilid-jilid dengan 8 jilidan untuk terbitan ulang di dewasa kini. Per jilid hampir 200-an halaman. Selesai dalam kurun waktu setahun lebih.

Terburu-buru kah Hamka? Jawabannya tidak. Raganya dipenjara tapi pikirannya merdeka. Ia menulis dengan 'menggebu-gebu' bukan terburu-buru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline