Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Piala Dunia 2022, dari Gemuruh hingga Ironi

Diperbarui: 24 November 2022   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuitan greget pagi hari 

Gemuruh teriakan goal dari rumah ke rumah, kontrakan ke kontrakan, dari kos ke kos bahkan dari kafe ke kafe. Membuat perhelatan piala dunia riuh. Ditambah pembukaan piala duia di Qatar tahun ini membuka mata dunia bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil alamin. Artinya memiliki keterbukaan bagi kebaikan untuk semua. 

Nukilan atau mengutip surah Al Hujurat ayat 13 oleh Sang Hafizh sekalgius pengusaha kaya asal Qatar yang membukja perhelatan ini dengan lantunan dan pesan Quran ini menggetarkan dan menggemuruh pesan kemanusiaan. Manusia hanya ada dua jenis laki dan perempuan dari berbagai bangsa dan suku maka saling berkenalan dan mengenali, inilah satu diantara pesan Quran yang sangat menyentuh sisi kemanusian. 

Menyentuh sisi kemanusian tanpa harus kebablasan. Sikap tegas Qatar melarang ban kapten pelangi dikenakan yang menyimbolkan dukungan pada LGBT. Ini dilarang keras bahkan perlawanan balik dari para aktivis dan sponsorshipnya tidak membuat Qatar gentar. Perhelatan dilakan tanpa embel-embel simbol LGBT ditampilkan. Ini sejarah baru bagi duia sepak bola. Termasuk pertama dalam sejarah perhelatan akbar ini diselenggarakan di Timur Tengah. 

Tidak hanya itu sponsor minumun kerasa juga tidak ditampilkan. Untuk meneguk alkohol bagi pengunjung juga dibatasi. Hemat saya ini langkah baik untuk Qatar sebagai bagian dari masyarakat dunia yang bisa membatasi dan tau batasan. 

Dari pembukaan sepak bola di atas dan terkait prahara perhelatannya mari kita lanjutkan pada laga awa pembukaannya. Ecuador berhadapan dengan tuan rumah Qatar hingga pertandingan Arab Saudi yang menaklukan Argentina juga Jepang membungkam Jemarman. Pada pembukan fase group ini tentu membuat gemuruh. 

Pertandingan ini menambah geliat riuhnya teriakan goal saat Arab menaklukan Argentina semakin gemuruh khusus di negar-negara notabenenya negara berpenduduk muslim sebut semananjung melayu dari Brunei, Malaysia tanpa terkucuali Indinesia hingga negar-negara timur tengah sampai ke Afrika. Teriakan goal menembus benua ditambah kemanangan Jepang atas Jerman terikan goal di Asia bergemuruh kuat. 

Dibalik gemuruh piala dunia yang ada. Saya memiliki sedikit catatn kritis yang menjadi ironi. Pagi hari saya menuliskan cuitan di twitter terkait perhelatan ini. Banyaknya pemain bintang yang cidera pada piala dunia kali ini membuat gairah menonton pun menurun. Sebut saja peraih Balon De'or tahun ini Karim Benzema dan pemain hebat dengan jiwa kemanusiaan tinggi yaitu Sadiago Mane asal Senegal ini dan hampir puluhan disusul pemain bintan membuat saya pribada sedikit tidak antusias. 

Saya berujar dalam cuitan pagi, "Alasan piala dunia kali ini kurang menarik bagi saya, banyaknya pemain bintang cidera. Dan yang paling fatal perhelatan ini diselenggarakan ditengah musim liga-liga dunia. Baik Champion hingga Liga Inggris dan liga lainnya." Disayanhgkan penyelenggaraan ini harus dilaksanakan ditengah musim. Tentu ini memiliki alasan tersendiri, namun tetap saja ini disayangkan khingga berdampak pada banyaknya pemain bintang yang cidera. Sedikit catatan kritis.

Apapun bola akan selalu bisa dinikmati. Ini hanya catatan kritis diakhir artikel, bola akan selalu bisa dinikamti. Untuk semua pecinta dan yang mengikuti piala dunia kali selkamat menikamt. 

Salam:)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline