Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Puisi, Imaji dan Semua Prahara Aksara Tanpamu

Diperbarui: 7 November 2022   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis puisi spontan di pinggiran jalan saat hujan mendera

Hanya ada satu riuh di hati. Semua di temani gemuruh hujan dimana nostalgiaku bersama senyummu berimaji.

Aku pernah berujar padamu bukan? Semua prahara pena dan aksaraku itu tanpamu adalah ruang hampa.

Jika senyummu tak hadir kini. Maka rona aksaraku tak akan riuh, ia mati tak berimajinasi bahkan tak kuasa merangkai kata lagi.

Biarlah aku terkutuk oleh oleh cemburu hujan lewat petir segemuruhnya kian menyambar. Memang aku senakal ini sang pemuja senyuman dewi manis semanis parasmu.

Aku, puisi dan imajiku hanyalah riuh juga buih di lautan. Tanpa senyum di parasmu tak jadi apa-apa! Jangankan karya segores aksarapun tiada tercipta di segaris goresan sekalipun.

*Akhirnya aku paham bahwa kamu adalah alasan:)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline