Aku hanya ingin berkarya walau dalam sepi
sebab bagiku berkarya tak harus riuh apresiasi
yang dibutuhkan hanya penerimaan hati.
Jangan pernah tanyakan kabarku
tapi sapa saja karya-karya itu
sebab karya jauh lebih penting dari kondisiku.
Aku selalu menangisi hari-hari
kala jemari luput menuliskan karya
justru kesepian sejati menyapa hati.
Lewat puisi dan naynyian pilu
beradu indah resah gelisah jiwa
aku hanya mengadu pada pekat tinta dan terbukanya buku.
Sudahi saja semua gundah gulana
sebab karya-karyamu dinantikan oleh masa
waktu hari ini milikmu selamanya.
Begitulah sepi itu menyuara
ia berteriak untuk berkarya lagi
jangan usang dan kalah bahkan oleh masa.
Albar,
Yogyakarta.
Tertangal: Suara sepi di balik dinding karya.