Lihat ke Halaman Asli

Albar Ahmad

Mahasiswa

Refleksi Mahasiswa

Diperbarui: 14 Agustus 2023   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MERESAPI ADALAH SENI KEPAHITAN !!!

Entah kenapa merasa sulit untuk menuliskan rasa dan pikiran ini. Sebetulnya ada apa? Aku hanya bertanya. Boleh kah? Ingin rasanya memiliki hasil, buah tangan. Yang mendayu-dayu, bak penyair kelas kakap. Selalu aku coba dan selalu aku paksakan. Tangan-tangan seperti Isa Anshary dalam Magnum Ofus nya "Mujahid Dakwah". Sangat sempurna menyihir pembaca, terasa hadir di hadapan beliau yang membara disinggasana podium. Kemudian latihan semacam apa sebetulnya yang dapat menggetarkan jiwa hanya dengan kosa-kata sederhana. Layaknya Rons Imawan dalam Novel-nya  "Langit Merbabu" misalnya.

Atau buku bacaan seperti apa sebetulnya?! Yang mampu membuat tulisan kita renyah dan tidak membosankan, seperti kumpulan cerpen eka kurniawan pada bukunya yang berjudul "wanita yang menemukan cintanya lewat mimpi". Dan rangkaian diksi yang mana, agar rasa sedih dan gembira terejawantahkan bak tulisan taufiqurahman Al-azizy pada novelnya "Kitab Suci cinta Zulaikha dan yusuf". Bagaimana ?! sebab seorang pembaca adalah saksi dari keindahan sastra, sehingga tidak bisa untuk tidak berfikir tentang keagungan kata, kalimat, dan paragraf.

Setelah berkontemplasi, kembali merefleksi segala hal tentang persoalan ini. Akhirnya jawaban berlabuh pada dua hal berbentuk aktivitas. Membaca dan menulis. Sebagaimana kuntowijoyo yang mengatakan dalam novelnya "Hampir sebuah subversi" tentang perjalanan beliau menjadi penulis yang handal. Beliau ber-ujar, utuk pandai menulis itu tahapan nya, pertama menulis kedua menulis ketiga menulis. Ya, inilah yang memberhentikan berbagai pertanyaan saya di mula. Sebetulnya dengan terus menulis kemampuan itu akan terasah dan terkuasai.

Kemudian titik terang saya temukan pula pada lembar Thulabuna Maajalah Risalah No 12 th, 58-Maret 2021. Bahwa mulai menulis artinya mulai membaca, sebab kesulitan pertama yang saya alami adalah ketidakadaan Narasi dalam pikiran. Hingga sulit untuk untuk membuat sebuah paragraf. Namun sebaliknya bila kita sudah terbiasa hingga berbagai literatur kita baca. Setiap palagraf yang kita tuliskan akan selalu melahirkan paragraf-paragraf berikutnya. Dan tak kalah penting adalah konsistensi dan militansi dalam hal ini. Meminjam istilah Firman Sholihin "Konsistensi adalah kesetiaan dan militansi adalah keIstiqamahan".

Oleh karena demikian, penulis sangat terkesiap menghadapi kenyataan. Sebab sadar penuh akan kecacatan sebagian mahasiswa hari ini, yang tak jauh beda dengan anak SD. Gugup dan gagap dalam membaca, tabu dan kaku dalam menulis. Karena mereka tak mampu mengahadapi segala tantangan yang saya alami. Tidak berhasrat untuk merasakan nikmatnya jari bergoyang di atas kertas dan cekatan di papan abjad(keyboard). Waktu luang habis bersama uang, raga sehat lupa amanat. Maka kiranya inilah sebuah tulisan yang sengaja di sajikan laksana setetes air di tengah sahara.

Wassalam..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline