Kalah lagi.
Kalah lagi.
Menjadi fans Manchester United adalah upaya melatih kesabaran tak berujung. Sepintas kalimat itu terdengar hiperbolis, tapi sebagai orang yang sudah sejak remaja mengidolakan tim berjuluk Setan Merah ini, makin ke sini semakin benar saja ungkapan itu.
Sejak Sir Alex Ferguson pensiun di tahun 2013 sudah enam pelatih yang menangani tim pemenang 20 kali liga Inggris itu. Nyatanya bergantinya pelatih tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Dulu MU yang begitu ditakuti tidak hanya di Inggris tapi juga Eropa kini seolah ompong. Selama sepuluh tahun hanya 5 trofi yang mampir ke lemari mereka. Trofi itu pun bukan trofi besar atau hanya level ciki. Jumlah yang sangat kontras dibanding pencapaian di bawah komando Sir Alex Ferguson.
Menutup tahun 2023 MU pun memberikan kado buruk pada penggemarnya. Bertandang ke markas Notthingham Forest, Manchester merah harus tunduk dengan skor 2:1.
Ini adalah kekalahan ketiga dalam lima pertandingan terakhir dengan hanya memenangkan satu pertandingan. Hasil ini membuat MU berada di posisi 8 dengan poin 31. Berjarak 11 poin dari Liverpool yang memimpin klasemen.
Sebuah penutup tahun yang buruk untuk sebuah klub yang memiliki sejarah panjang.
Inkonsistensi menjadi musuh utama MU. Di pertandingan sebelumnya MU berhasil memberikan kado natal pada pendukungnya lewat kemenangan atas Aston Villa yang secara peringkat berada di atasnya.
Khusus musim ini saja MU sudah mencatat begitu banyak rekor buruk. Di antara rekor buruk itu adalah:
- Menelan 13 kekalahan di semua kompetisi musim ini. Termasuk 4 kekalahan di 7 laga awal, yang tak pernah ditelan sebelumnya
- Kekalahan ke-20 sepanjang 2023, membuat MU mengulang catatan buruknya sejak 1989.
- MU kesulitan dalam urusan gol. Sudah 7 kali MU tak mampu membobol gawang lawan musim ini di Liga Inggris. MU sudah menyamai total nirgol musim lalu, saat Liga Inggris baru berjalan 18 pekan.