Lihat ke Halaman Asli

Membangun Bangunan

Diperbarui: 15 Mei 2023   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memabangun Bangunan

bagian 1
kekasih, kau dan aku terlahir
            dari bilik-bilik yang berbeda
suasana bilikmu mungkin tak kutemui
            ketika dulu aku menangis meminta asi
yang ibu beri hanyalah doa-doa

bagian 2
kau mendapati diriku yang renta dari
            mampu, kuasaku tak sehebat tangan tuhan
di kantong celana yang kukenakan
            masih kusimpan sesuatu yang mungkin
satu-satunya kelak yang menghidupi
            ketika kota-kota, bahkan bilik rumah tak lagi
bisa menerima kurang dan kesalahan

bagian 3
ketika kita beranjak dewasa
            hidup menjelma batu karang
keras untuk dilawan
            berat untuk diterima
sulit untuk dipecahkan
            tapi aku masih menyimpan
sesuatu itu

untukmu kelak, kekasih
            di belakang rumah yang rimbun
cerita nenek moyang,
            cinta yang luhur itu kutanam

bagian 4
kelak akan tumbuh di punggungmu
            yang rapuh dan lapang
kulitmu yang cukup tebal untuk
            melindunginya dari hama-hama kehidupan
kelak, itu pula yang kau tuturkan di bilik
            anak-anak kita, menjadi dongeng
menjadi jamuan sebelum tidur
            menjadi doa panjang bahwa
cinta kelak lebih kuat dari
            bangunan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline