Lihat ke Halaman Asli

Antara Persahabatan Dan Cinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen #1 dari saya.

Kunjungi juga website saya http://albalkh.com/?p=26

Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sosoknya. Seorang gadis yang sebaya denganku, yang telah cukup lama menjadi teman akrabku. Aku pun hampir tidak mengingat, bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat. Ya, sahabat. Sesuatu yang spesial bagi tidak sedikit orang. Sosok yang selalu ada saat kau jatuh hingga kau telah berada di atas angin.

Keisya. Merupakan panggilan akrab untuknya. Dikatakan dewasa, dia sungguh kekanak-kanakan. Disebut penyabar, tidak selalu seperti itu keadaannya. Namun entah karena hal apa aku sanggup berlama-lama di dekatnya. Waktu satu jam bukan lagi waktu yang cukup memuaskan bagi kami untuk saling bercerita dan berkeluh kesah. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal tak penting yang kami bahas.

Sahabat Selamanya.

Sekiranya itu adalah ikrar setia kami untuk terus bersama hingga tangan Tuhanlah yang memisahkan. Jika kalian pernah membaca sebuah novel Firefly Lane karya Kristin Hannah, kalian pasti akan menemukan dua tokoh yang telah membuktikan kesetiaan janji mereka. Janji untuk bersahabat selamanya.Terlalu berlebihan memang, jika kami harus disejajarkan dengan kedua tokoh istimewa itu, Tully dan Kate. Namun, dalam segala situasi yang penuh dengan kecambuk akan kelabilan ego kami masing-masing, kami mencoba untuk bisa memenuhi janji kami sabagai sahabat selamanya.

Hingga semua itu berubah keadaannya.Terjadi begitu saja.Dan berhasil menghancurkan semuanya dalam sekejap.Tepat di pertengahan Oktober lalu, semua itu kepahitan berawal dan sebuah hubungan yang erat pun berakhir. Penghianatan. Sebuah kata kunci yang terasa pantas untuk disandang.

****

Tiba-tiba Keisya datang padaku dengan berderai air mata. Seperti biasa, ia meletakkan kepalanya di pundakku.

Ada apa, Kei? Cerita aja, ngga usah kaya begini lah!

Kak. ucapnya menggantung. Tampak keraguan darinya untuk bicara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline