Akhir-akhir ini krisis pangan telah menjadi momok dunia, tak terkecuali dirasakan negeri kita yang sudah masuk dalam daftar negara krisis pangan. Padahal, dulu Indonesia dikenal dengan negara agraris yang luas lahan pertaniannya melimpah dan belum tentu dimiliki negara lain.
Karawang-Bekasi merupakan dua daerah yang pernah menjadi andalan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan terutama daerah ibukota.Keberadaan sawah membentang luas hingga beratus-ratus kilo meter yang dikenal dengan istilah lumbung padi.
Tapi saat ini sebagian lahan sudah berubah fungsi menjadi daerah perumahan penduduk dan sebagian lahan lagi bahkan sebagian besar berpindah tangan menjadi milik orang kota dan tinggallah para petani setempat menjadi buruh garap yang keberadaanya bergantung kebaikan pemilik lahan, karena memang tidak banyak yang mereka bisa lakukan selain menggarap sawah.
Tetapi semua tidaklah sederamatis itu, Kamis (8/3) dua kelompok petani yang masing-masing terdiri dari sepuluh anggota di Desa Sukarapih, Tambelang, Bekasi secara bergerombol asyik menggarap lahan seluas 2,5 hektar. Hal ini mereka jalani sudah 1,5 tahun. Dengan perolehan hasil panen sebagian untuk mereka dan sebagian lagi untuk operasional pesantren. Di Pesantren Miftahul Huda ini pula dititipkan banyak anak para petani untuk belajar mengaji dan kemandirian hidup. Siapapun senang bisa belajar disini karena tidak dipungut bayaran.
Lahan padi seluas 2,5 hektar yang terdiri dari 13 petak ini dapat di sewa Al-Azhar Peduli Ummat berkat dukungan para donatur selama 6 kali musim panen atau sekitar tiga tahun. Dengan pertanian pada inilah Pesantren Miftahu Huda, Desa Sukarapih Kec. Tambelang, kab Bekasi dapat berbenah mengembangan pendidikannya. Saat ini sebanyak 142 anak tidak mampu dari keluarga petani dapat mengenyam pendidikan secara cuma cuma.
Jika masing-masing kampung atau minimal desa dapat menerapkan mode seperti ini, maka sangat mungkin krisis pangan dapat dihindari dan bahkan negeri ini dapat mengikuti jejak Thailand yang mengekspor beras ke Indonesia. (APU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H