Lihat ke Halaman Asli

Semua Anak Berhak Punya Masa Depan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Muhammad Sudirno, atau biasa disapa Dirno, anak yatim dari Brebes, Jawa Tengah, yang berani menjemput masa depannya dengan datang ke Jakarta, bukan untuk bertarung mencarinafkah melainkan untuk melanjutkan sekolahnya. Cita-citanya untuk bisaterus sekolah tak bisa lagi dibendung, namun ibunya yang hanya seorang buruh tani tak lagi sanggup membiayai sekolah Dirno. Lelaki kecil ini tak rela masa depannya kandas begitu saja, ia pun memutuskan tinggal bersama kakaknya di Depok. Agar tidak menjadi beban bagi kakaknya, Dirno ikut mencari nafkah untuk biaya sekolah. Mulanya, siswa kelas III Madrasah Aliyah (MA) Al Hidayah, Rawadenok, Depok ini berjualan buku bacaan ringan setiap usai pulang sekolah hingga larut malam.

Karena sering mendapat teguran dari guru lantaran tertidur di kelas, Dirno memilih untuk berjualan air mineral. Cobaan belum usai, kakaknya tak lagi sanggup menampung Dirno untuk tinggal bersama di rumah kontrakannya. Keluar dari rumah itu, ia sempat tinggal beberapa lama di rumah temannya sampai kemudian ia menempati sebuah gubuk kecil pemberian salah seorang pegawai kecamatan.

Dirno adalah potret satu dari 250 remaja kelas tiga SLTA sederajat yang beruntung mendapat beasiwa dari Program 3G (Tiga Gemilang) Alazhar Peduli Ummat (APU) tahun ajaran 2011-2012. Di luar mereka, masih jutaan anak kaum dhuafa yang harus menggantungkan masa depannya, karena orang tuanya tak mampu membiayai sekolah. Pendidikan di negeri ini tergolong mahal, hingga ada satu kalimat yang cukup populer “Orang Miskin Dilarang Sekolah”.

Oleh karena itu, program 3G digulirkan untuk member kesempatan lebih luas kepada para siswa kelas tiga selevel SLTA untuk bisa menyelesaikan pendidikannya hingga lulus.Tak hanya biaya pendidikan, program ini pun mencakup pemberian motivasi belajar dan bimbingan spiritual bagi para pesertanya. Diharapkan, beasiswa ini mampu menunjang kegemilangan masa depan dengan memiliki cita-cita dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sebagai sarana meraih kehidupan yang lebih baik.

Yang menarik dari program 3G ini, prestasi akademik bukan ukuran mereka bisa mendapatkan beasiswa, karena kami tidak menilai seseorang hanya dari nilai akademik saja. Inilah yang membedakan program beasiswa 3G dengan kebanyakan program sejenis yang lebih mengutamakan anak-anak yang dianggap cerdas hanya dari ukuran prestasi akademik. Saat ini program 3G dinikmati oleh 250 siswa dari 50 puluh sekolah di Indonesia Timur (Makasar), Pulau Jawa (Magelang, Solo, Purwokerto, Madiun) dan Jabodetabek.

Tantangan sudah di depan mata, anak-anak binaan dan penerima beasiswa 3G tengah bersiap melalui Ujian Nasional (UN) tak berapa lama lagi. Hasil yang mereka dapatkan nanti menjadi pembuktian bagi mereka untuk menunjukkan kepada siapa pun bahwa keterbatasan tak menghalangi siapapun untuk berprestasi. Tugas kita bersama untuk membantu, memotivasi mereka untuk bisa meraih sukses. Setelah 250 anak ini, masih ribuan bahkan jutaan anak-anak lain di seluruh Indonesia menanti beasiswa 3G menyemai harapan mereka. (APU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline