Lihat ke Halaman Asli

Alaric Izaz

Mahasiswa

Prospek dan Tantangan Migas Non Konvensional di Indonesia

Diperbarui: 13 Desember 2024   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam beberapa dekade terakhir, industri minyak dan gas bumi (migas) telah mengalami perubahan signifikan, salah satunya adalah pergeseran fokus dari sumber daya migas konvensional ke migas non-konvensional. Di Indonesia, cadangan migas non-konvensional seperti shale gas, coal bed methane (CBM), dan tight oil mulai menjadi perhatian sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun, eksplorasi dan pengembangan migas non-konvensional menghadapi tantangan besar yang harus diatasi untuk memanfaatkan potensinya secara optimal.

Apa Itu Migas Non-Konvensional?
Migas non-konvensional adalah sumber daya hidrokarbon yang terperangkap dalam formasi batuan dengan permeabilitas rendah, sehingga membutuhkan teknologi dan metode khusus untuk eksplorasi dan produksinya. Berbeda dengan migas konvensional yang dapat mengalir secara alami ke sumur produksi, migas non-konvensional memerlukan teknik seperti hydraulic fracturing (fracking) dan horizontal drilling untuk melepaskan gas atau minyak dari batuan.

Contoh utama migas non-konvensional meliputi:

Shale Gas: Gas alam yang terperangkap dalam batuan serpih (shale).
Coal Bed Methane (CBM): Gas metana yang terperangkap dalam lapisan batubara.
Tight Oil: Minyak bumi yang berada di batuan dengan porositas dan permeabilitas sangat rendah.
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber daya ini, terutama dengan adanya lapangan-lapangan batubara dan batuan serpih yang tersebar di seluruh nusantara.

Potensi Migas Non-Konvensional di Indonesia
Cadangan yang Besar
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi shale gas yang mencapai 574 triliun kaki kubik (TCF) yang tersebar di beberapa cekungan utama seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sementara itu, potensi CBM diperkirakan sekitar 453 TCF, menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia.
Kebutuhan Energi Nasional
Dengan meningkatnya permintaan energi nasional, khususnya untuk gas alam sebagai bahan bakar yang lebih bersih, migas non-konvensional dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi.
Diversifikasi Sumber Energi
Pengembangan migas non-konvensional membantu diversifikasi sumber energi, sehingga mengurangi risiko krisis energi akibat penurunan produksi migas konvensional.
Tantangan dalam Pengembangan Migas Non-Konvensional
Meskipun prospeknya menjanjikan, pengembangan migas non-konvensional di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, baik teknis maupun non-teknis:

1. Kendala Teknologi

Eksplorasi dan produksi migas non-konvensional membutuhkan teknologi canggih seperti hydraulic fracturing dan directional drilling, yang saat ini belum banyak tersedia di Indonesia. Teknologi ini juga mahal dan memerlukan investasi besar.

2. Biaya Produksi Tinggi

Biaya untuk mengeksplorasi dan memproduksi migas non-konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan migas konvensional. Ini membuatnya kurang kompetitif, terutama ketika harga minyak dan gas global rendah.

3. Keterbatasan Infrastruktur

Infrastruktur penunjang seperti jalur transportasi, fasilitas pemrosesan, dan jaringan distribusi gas masih terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil tempat cadangan migas non-konvensional berada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline