Lihat ke Halaman Asli

Ilusi Romantisme Budak Cinta

Diperbarui: 24 Januari 2020   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mewarna rembulan malam hari, tak secerah saat kulihat wajahnya malam ini
Untuk mencuri mata sayunya tatapanku harus secepat peluru
Tatapannya melebihi rantai hipnotis yang membawaku dalam mimpi  semu
Ingin kututurkan kata demi kata kepadanya tapi bibirku hanya bisa melata
Anganku tak henti berharap walau kutahu ia tak akan pernah tau
Rasa lelah memendam rasa ini Ingin kuungkapkan semua meski tanpa akhir terindah.
Aku hanya bisa diam hingga segala rasa harus padam dan berakhir

Nestapa kini menghampiriku di pertengahan kalimat yang mau ku utarakan
Angin malam seolah berbisik padaku bahwa rasa ini tak harus diperjuangkan
Seharusnya rasa itu di dihilangkan
Yang seharusnya diperjuangkan adalah yang membutuhkan
Asing dalam rasa ini lebih baik dari pada asing dalam perkawanan

Untukmu yang sambil diskusi untukmu yang suka bernyanyi
Tak semua kata yang dapat ku ucap padamu
Aku bagai tikus dalam perangkap
Membangkitkan rasa cinta menjadi tak terbatas. Kini, kuserahkan diriku apa adanya.
Itu semua hanya ilusi romantisme budak cinta

Tulehu, 22 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline