Lihat ke Halaman Asli

Lingkar Utara yang Terabaikan

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424667110500622629

[caption id="attachment_398797" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi jalan rusak. (Kompas.com)"][/caption]

Tujuh puluh tahun lamanya sejak Indonesia merdeka, masyarakat di lingkar utara Tambora mulai dari Sanggar hingga Labuan Kananga belum menikmati mulusnya jalan sebagaimana wilayah lainnya. Setiap hari, masyarakat di sini melewati jalan berlubang, sungai-sungai tanpa jembatan dan titian pendakian terjal yang mengancam nyawa. Tapi karena sudah terbiasa dengan kondisi jalan seperti itu, masyarakat menikmati saja apa adanya.

Sangat miris, di tengah gencarnya promosi dan persiapan event "Tambora Menyapa Dunia", wilayah lingkar utara ini terabaikan. Padahal potensi dan pesona sepanjang jalur ini cukup besar dan menjanjikan. Potensi mutiara, padang savanna, air terjun Sori Panihi, Sori Marai, dan sejumlah spot menarik lainnya tidak kalah dengan jalur lingkar selatan. Jarak tempuh melewati lingkar utara Tambora ditempuh dua kali lipat dari jarak tempuh jika melewati lingkar selatan yang mulus. Jalur lingkar utara Tambora adalah jalan provinsi yang berada di Kabupaten Bima. Tetapi sangat terabaikan.

Ruas-ruas jalan yang rusak parah menemani sepanjang perjalanan saya dengan Tim National Geographic Indonesia. Dari cabang Sori Utu menuju Sanggar memang terlihat ada aktivitas perbaikan jalan. Tetapi memasuki tanjakan Desa Piong, mobil Avanza yang kami tumpangi mengalami kesulitan menanjak karena jalan yang rusak parah. Kami sedikit lega setelah melewati Desa Oi Saro karena disuguhi jalan hotmix dan keindahan sabana dan Teluk Sanggar. Namun itu hanya sesaat. Melewati Labu Bili hingga Labuan Kananga kami melewati jalan kerikil dan melewati beberapa sungai, termasuk Sungai Sori Marai yang belum memiliki Jembatan.

Jika jalur lingkar utara Tambora mulus, maka pesona dan potensi di wilayah ini akan dapat diangkat dan ditata untuk kemajuan daerah. Di jalur ini terdapat peninggalan Kerajaan Sanggar yang saat ini tercecer di rumah-rumah warga. Museum sederhana untuk mengumpulkan benda-benda itu akan menjadi obyek wisata sejarah yang menarik. Kemudian di kebun kopi Tambora, tepatnya di rumah atas banyak terdapat artefak temuan sisa peradaban Tambora. Semua itu adalah potensi dan pesona yang akan menjadi aset wisata daerah dan berdampak pada PAD daerah. (alan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline