Handayani adalah seorang wanita yang penuh semangat dan pantang menyerah. Ia tinggal bersama suaminya, Bpk.Sugeng , yang bekerja sebagai petani. Kehidupan mereka sederhana, namun mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Keduanya selalu berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh keikhlasan.
Suatu hari, Bpk Sugeng jatuh sakit parah. Penyakitnya membuatnya tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Handayani harus mengurus segala kebutuhan rumah tangga sendirian, termasuk bekerja di ladang, memasak, dan merawat suaminya. Beban yang harus dipikulnya semakin berat setiap hari.
Meskipun merasa kelelahan, Handayani tidak pernah mengeluh. Setiap malam, ia berdoa kepada Allah agar memberikan kesabaran dan kekuatan. Suatu malam, saat ia duduk di samping ranjang suaminya, ia teringat pada sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang sabar. "Sesungguhnya besarnya pahala itu sebanding dengan besarnya ujian yang diberikan." (HR. Tirmidzi).
Handayani merasa bahwa ujian yang ia terima adalah jalan untuk meraih pahala yang besar. Ia terus berusaha sabar meskipun terkadang rasa lelah dan kecewa datang menghampiri. Ia yakin bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar.
Beberapa bulan kemudian, Bpk Sugeng mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kesehatannya perlahan membaik, dan akhirnya ia bisa kembali bekerja. Fatimah merasa sangat bersyukur dan yakin bahwa ujian yang ia hadapi adalah cara Allah untuk mengajarinya kesabaran yang lebih dalam.
Handayani merenung, bahwa kesulitan yang ia alami tidak hanya menguatkan dirinya, tetapi juga mendekatkannya kepada Allah. Pahala yang ia terima, seperti yang diajarkan dalam hadis tersebut, membuatnya merasa diberkahi dan penuh harapan.
"Sesungguhnya besarnya pahala itu sebanding dengan besarnya ujian yang diberikan." (HR. Tirmidzi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H