[caption caption="dokumen pribadi. Alan Budiman Mbak Nilam Sari dan Mbak Avy"][/caption]
Sebuah kebetulan yang luar biasa dan suatu kesempatan yang sangat langka bisa saya dapatkan saat duduk dan mengobrol langsung dengan Mbak Nilam Sari, owner Kebab Turki Baba Rafi.
Dari sekian menit presentasi-motivasi ala Mbak Nilam, ada beberapa hal yang bisa saya tangkap namun tidak secara langsung disampaikan oleh beliau, berikut ini beberapa point penting tentang kisah perjalanannya.
Menjawab Tekanan
Cerita Kebab Turki ini dimulai sejak Mbak Nilam dan suaminya menjadi pasutri muda. Umurnya 19 tahun dan masih kuliah. Setelah melahirkan anak, kemudian mucul tekanan tambahan akan kebutuhan hidup, living cost. Setidaknya bayi memerlukan popok dan susu.
"Saya mudah hamil. Suami bersin aja, saya bisa hamil" kelakarnya.
Saat tertekan itulah kemudian muncul ide untuk jualan. Jualan apa? Yang jelas bukan nasi goreng karena Nilam muda sangat tidak bisa masak. Maka pilihannya waktu itu adalah burger. Modal awal menggunakan uang hasil salam tempel dari resepsi pernikahan.
Burger yang semula hanya mengandalkan 1 gerobak itu kemudian berkembang hingga menjadi 6 gerobak di beberapa titik di Surabaya. Sukses? Bisa dibilang seperti itu.
Dari kata pembukaan ini saya menangkap bahwa Mbak Nilam berhasil mengolah tekanan. Kadang, kita harus tertekan atau dipaksa dulu agar bisa mengeluarkan potensi terpendam. Seperti kita yang berhasil menulis panjang lebar ketika harus menjawab soal essay, atau seperti odol yang harus ditekan dulu baru keluar isinya.
Menghadapi Masalah
Setelah 6 gerobak beroperasi di beberapa titik, rupanya itu adalah akhir dari perjalananan bisnis burgernya. Ada pendatang baru dengan modal melimpah dan berhasil 'mencuri' ide Mbak Nilam dan suami. Pesaing ini kemudian mematenkan produknya, menjual dengan selisih harga lebih murah dan memaksa 6 gerobak Mbak Nilam tutup.