Lihat ke Halaman Asli

Hidup yang Fluktuatif

Diperbarui: 5 Agustus 2015   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekitar tahun 2008, mungkin saya dan keluarga adalah orang pertama yang memiliki motor matic. Untuk hal ini, terjadilah cerita lucu dan sedikit memalukan.

Bank BNI yang sebelumnya sudah mengutus stafnya untuk datang ke rumah, kemudian benar-benar memanggil saya untuk datang ke kantor cabang terdekat, Prenduan. Maka saya datanglah dengan perasaan riang gembira, karena menurut info sebelumnya nomer rekening saya terpilih sebagai penerima hadiah satu unit motor matic.

Pagi menjelang siang saya datang berboncengan dengan seorang teman, rencananya nanti pulangnya kami akan sama-sama mengendarai motor. Setelah menemui beberapa staff, tanda tangan beberapa dokumen dan foto-foto, maka tibalah acara penyerahan motor.

Rasa bahagia yang sebelumnya mendominasi perasaan, mendadak berubah kebingungan yang cukup lucu. Pasalnya, motor tidak bisa hidup. Teman saya pun dibuat kebingungan karena tak berhasil menghidupkan, beberapa orang yang lewat juga ikut bingung sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Waktu itu sudah siang dan terik. Daripada bingung, maka terpaksa meminta supir di rumah untuk datang membawa pikup guna mengangkut motor.

Esok harinya saya hubungi teman yang bekerja sebagai mekanik perusahaan motor. Sore beliau datang dan melihat kondisi motor. Lalu bak peri yang berhasil mengatasi permasalahan dengan mudah, motor pun hidup. Breeeem. Dia tertawa-tawa.

"Iya ini motor matic, kalau mau menyalakan harus tahan rem" ucapnya. Maka terbayanglah pengalaman hari sebelumnya yang cukup lama kepanasan dan mengangkat motor ke atas mobil pikup. Hahaha.

Saya kurang tau alasan BNI memberikan hadiah, mungkin karena lalu lintas nominal rupiah yang cukup sibuk, mungkin juga murni undian. Yang jelas itu adalah momen sangat menyenangkan, sekaligus memberi pengetahuan baru tentang hadirnya motor matic.

Namun kehidupan itu berputar. Sungguh. Empat tahun setelahnya, 2012, mungkin bisa dibilang adalah masa paling kritis dalam hal ekonomi dan keuangan. Beberapa perusahaan seafood masuk ke Madura dan mengacak-ngacak harga bahan mentah. Pengusaha satu persatu tumbang, sementara nelayan berpindah-pindah mencari harga paling mahal. Singkatnya perusahaan saya libur, tutup sejenak menunggu hingga kondisi pulih, para karyawan juga diistirahatkan.

Meski perusahaan libur, kebutuhan hidup sehari-hari tidak ikut libur, semua harus dibiayai. Dua anak di pesantren dan dua kakaknya di universitas. Kredit barang dan sebagainya tetap jalan perbulan. Sementara modal sudah habis total, lebih parah lagi karena uang yang dipinjam partner bisnis tidak dibayar.

Pilihan satu-satunya adalah mencari jalan baru. Maka berjalanlah saya dari satu bank ke bank yang lain, memohon pinjaman. Lucunya, hampir semuanya menolak. Haha. Bahkan bank yang dulu cukup sering berkunjung ke rumah menawarkan pinjaman pun ikut menolak. Mungkin hidup memang sejahat ini kawan.

Setiap hari pasca pengajuan pinjaman menjadi hari-hari penuh penolakan. Mungkin mereka tahu bahwa usaha saya sudah ambruk. Namun akhirnya pinjaman dari BNI ternyata diluluskan. Entah karena alasan staf BNI kurang jeli, atau memang nama saya tercatat sebagai nasabah yang cukup diperhitungkan. Yang pasti saya bersyukur. Modal segar, usaha baru dan memulai dari awal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline