Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kesaksian Boediono Disangsikan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Pak Boed memberi kesaksian, ragam hujatan muncul ke permukaan. Dari media sosial sampai media nasional. Mulai dari rakyat jelata, politisi sampai pengamat yang katanya pakar ekonomi. Semuanya sepakat satu suara: Pak Boediono dan Bu Sri Mulyani bersalah dan harus dihukum.


Saya yang mengikuti jalanya persidangan secara live dari awal sampai akhir benar-benar bisa merasakan bagaimana JPU dan pengacara terdakwa terlalu berlebihan dalam beberapa kesempatan. Beberapa kali Pak Boed tersenyum setengah tertawa mendengar 'kekonyolan' dari pertanyaan mereka, namun tetap dengan rendah hati menjelaskan secara detail agar tidak terjadi salah faham. Pak Boed bahkan menjelaskan lebih banyak dari yang seharusnya. Semua jawabanya murni sebagai ekonom bukan politisi.


Kasus bailout Bank Century sudah terjadi pada 2008, posisi Pak Boed yang menjadi wakil presiden sejak 2009 sepertinya harus dimaklumi kalau banyak hal yang sudah dia lupa. Meski begitu dia tidak serta merta dengan entengnya mengatakan "saya lupa" seperti kesaksian para politisi sebelum ini. Pak Boed selalu berusaha menjawab dengan model "saya lupa apa saja yang dibahas pada sidang tanggal sekian, tapi yang jelas waktu itu intinya tentang bla bla bla".


Pernah juga mengatakan "saya lupa kata-katanya waktu itu, tapi yang jelas intinya adalah bla bla bla". Yang paling menjengkelkan sebenarnya pertanyaan JPU tentang siapa saja yang hadir saat itu? Berulang kali pertanyaan yang sama. Kemudian Pak Boed menjawab "tolong ingatkan saya" karena JPU kurang faham, hakim sampai membantu menjelaskan "sebutkan saja nama-namanya nanti beliau akan benarkan atau tidak".


Jawaban beliau tetang pertanyaan klarifikasi semuanya dibenarkan, tak ada yang disangkal. Pertanyaan anda ingat berapa surat yang anda tanda tangani saat itu? Pak Boed hanya tersenyum dan menjawab "saya lupa persis berapa kali, tapi yang jelas soal itu pasti saya sebagai gubernur BI yang menandatangani" kemudian JPU mengatakan "12 surat Pak" dan Pak Boed menjawab "ya kalau tertulis di situ berarti benar". Jawaban ini juga berkali-kali terlontar "kalau di sana tertulis seperti itu, berarti benar".


Sampailah ketika persidangan menjelang akhir babak pertama, Pak Boed masih mengulangi jawaban dengan gaya yang sama "saya lupa persis jam berapa atau tanggal berapa, tapi yang jelas hal itu saya bicarakan" kemudian hakim seperti kasihan dan menegur "Saudara saksi, kalau anda tidak tau katakan tidak tau, kalau lupa katakan lupa" kemudian Pak Boed tersenyum dan mengangguk.


Tapi pertanyaan dengan model harus mengingat persis kejadian tahun 2008 memang ga mudah, Pak Boed tetap menjawab dengan gaya yang dia inginkan dengan harapan tidak terjadi salah faham. Bahkan pada beberapa pertanyaan Pak Boed menjawab dengan menjelaskan proses serta tahapan kronologisnya agar tidak rancu dan terbalik. Beberapa kali juga mengoreksi pernyataan JPU. Jelas terlihat berbeda jika dibandingkan dengan keterangan saksi dari seorang politisi.


Dari kerendahan hati, cara menjawab dan mimik mukanya saya yakin beliau tidak berbohong. Pernah saat diwawancarai Mata Najwa beberapa bulan sebelumnya beliau menjawab dengan pilihan kata yang seharusnya dihindari. Kira-kira beliau bilang "waktu itu saya berfikir tindakan dan keputusan ini sudah tepat. Kalau akhirnya saya tertuduh, ya gapapa".


Kalian berhak mencibir saya kalau sampai di paragraf ini terkesan membela Pak Boed. Tapi saya berfikir dan merasa 'gimana kalau saya jadi beliau'.


Kesaksianya disangsikan oleh banyak pihak, katakanlah semua media yang ada. Karena sampai sekarang kebetulan saya belum membaca atau mendengar semacam katakanlah 'pembelaan' terhadap kesaksian Pak Boed. Bagaimana rasanya ketika kita sudah bekerja dan mencurahkan segenap fikiran serta tenaga untuk negeri ini, kemudian dinyatakan bersalah dan harus bertanggung jawab karena keputusan yang kita buat pada masa lalu dianggap salah? Bagaimana rasanya ketika kita berusaha menyelematkan negara dari krisis ekonomi, malah dibilang terlalu lebay dan berlebihan. Serangkaian rapat yang lebih banyak dari biasanya malah disangsikan karena ada orang yang menganggap negara ini tidak merasakan apa-apa pada tahun 2008 dan kondisinya berbeda dengan 97-98 seperti yang diutarakan oleh Pak Boed.


Entah kenapa saya ingin menjawab begini "itu karena keputusan Pak Boed dan Sri Mulyani sudah tepat, jadi kita ga mengalami krisis". Sampai di sini, meski Bu Sri Mulyani dan Pak Boed ga mengenal saya, tapi rasanya sakit sekali kalau ada orang yang berkomentar seperti itu. Serangkaian rapat lembur yang dilakukan Pak Boed dan Sri Mulyani dianggap sinetron politik, padahal beliau-beliau ini sedang memikirkan krisis ekonomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline