Entah ini adalah jingga yang ke berapa kalinya. Ulhiza berjalan membelah keriuhan bandara Juanda. Tempat beberapa golongan manusia sedang menampakkan kelasnya.
Lihatlah bapak-bapak dengan jas dan sepatunya yang mengkilat sedang menarik koper hitam, seperti penuh dengan barang-barang berharga. Pramugari dengan pakaian mencolok dari beberapa maskapai sedang berbaris rapi masuk tanpa pemeriksaan penjaga. Tangan kiri mereka mengangkat kartu pengenal yang dikalungkan pada lehernya. Seksi dan wangi. Ada juga sepasang suami istri sedang menenteng kardus mie instan yang diikat rapi dengan tali rafia. Sesekali meletakkanya di bawah. Sementara muda mudi dengan pakaian masa kini berbaris tepat di belakangnya. Lelaki berambut sasak mengenakan baju non formal dan celana jeans cukup ketat. Di sebelahnya perempuan-perempuan dengan celana pendek sangat sempurna memamerkan pahanya yang putih dan mulus. Sesekali melihat gadget layar sentuhnya.
Ulhiza terus melangkah menuju pintu kedatangan internasional di ujung timur bandara. Dari jauh sudah terdengar sama berisiknya. Ramai.
Daripada duduk di tengah-tengah mereka, lebih baik duduk di cafe kopitiam yang berada tepat di sebelah tempat menunggu kedatangan. Selain menghindari rasa kesal dari perlakuan kurang menyenangkan remaja usil dan perayu, dirinya bisa sambil duduk santai menyeruput segelas coklat hangat.
Pertanyaan lagi nunggu siapa? Boleh kenalan ga? Nama facebooknya apa? Pin BB? Dan pertanyaan ga penting lainya ga akan berhasil menjangkaunya. Iyalah, mereka ga akan pasrah untuk duduk di cafe bandara yang terkenal memiliki harga gila.
Setelah duduk dan memesan minum, dikeluarkanya iphone 5 dari tas. Melihat notifikasi dari beberapa sosial media seperti instagram, facebook, path, twitter, BBM dan whatsapp. Teman-teman dunia maya selalu lebih rame dari kenyataanya. Ada saja yang ingin mereka sampaikan.
"Aku sudah di Juanda, kamu sudah sampai? Masih ngantri keluar imigrasi" pesan whatsapp dari Gabril.
"Silahkan Mbak" ucap pelayan cafe sangat sopan "mau pesan apa lagi?"
"Oh nanti ya, terima kasih" jawab Ulhiza segera, setelah mengalihkan pandanganya.
Pelayan tersebut tersenyum "baik" ucapnya dan pergi dengan nampannya.
Ulhiza kemudian lanjut menjawab pesan Gabril yang sudah masuk 10 menit yang lalu 'seperti biasa, jingga di kopitiam juanda'