Lihat ke Halaman Asli

Mendaki Dengan Pacar?

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah terpikir mau mendaki gunung dengan pacar? Atau dengan gebetan? Intinya dengan perempuan meski hanya sekedar teman? Pikirkan lagi.

Ini hasil pengamatan sepanjang jalur Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo Semeru saat malam minggu terakhir di bulan Oktober.

1. Satu pasangan muda mudi lewat didepanku. Si lelaki membawa dua ransel sekaligus (depan belakang) sementara si perempuan berjalan di belakangnya dengan wajah masam. Prediksi saya, awalnya mereka sama-sama membawa ransel. Ransel besar untuk si lelaki dan ransel lebih kecil untuk si perempuan. Namun sepertinya di jalan, si perempuan kelelahan sehingga akhirnya menyerahkan ranselya pada sang pacar. Berhubung saya mereka melintas di pos 3, itu artinya mereka sudah berjalan sejauh 6 Km. Sebelumnya saya melihat mereka berpegangan tangan, namun saat melintas sudah nampak musuhan. Haha

2. Satu pasangan muda mudi kembali lewat, kali ini masing-masing mereka membawa ranselnya sendiri. Hanya saja saat di pos 3 yang memiliki tanjakan dengan kemiringan 60 derajat, si lelaki memegangi tangan perempuanya dan terus berusaha menarik untuk meringankan bebanya. Wah ini tergolong sweet enough.

3. Kembali lewat pasangan muda mudi. Kali ini si lelaki membawa ransel yang lebih tinggi dari kepalanya. Semua barang kebutuhan sudah masuk dalam satu ransel, sementara si perempuan tak membawa apa-apa. Mereka sepertinya sudah sejak awal berencana akan berangkat seperti itu. Berbeda dengan contoh pasangan 1 yang sifatnya kondisional. Yang membuat saya miris adalah sifat perempuanya yang sangat amat manja. Sudahlah ga bawa apa-apa, masih minta ditarikin saat melewati tanjakan. Padahal pacarnya sudah membawa semua beban dan kebutuhan untuk berdua.

4. Saat melewati trek penuh berdebu, ada lelaki dengan kostum kantoran yang super bersih dan wangi lewat. Karena menggunakan masker oksigen, dia dengan leluasanya meluncur deras dengan pijakan kasar yang membuat debu mengepul. Saya yang berhenti di tengah trek hanya bisa diam memperhatikan dia yang terus memijak kasar tak peduli dengan orang-orang yang dilewatinya.

Setelah itu muncul perempuan modis dengan make up sempurna dan wangi-wangi mall. Mungkin pacarnya. Juga membawa masker oksigen, memijak kuat dan debupun bertebaran. Mereka sih enak bernafas dengan oksigenya, lah yang dilewati sesak nafas meski sudah pakai masker. Kedua orang ini sama sekali tidak membawa apa-apa, pastilah sudah menyewa porter untuk membawa barang-barangnya.

Bagaimanapun berada di ketinggian memanglah sesuatu yang menyenangkan. Pemandangan yang menakjubkan dan segala sensasi tak terlupakan. Tapi untuk mencapainya butuh persiapan fisik dan mental. Tidak bisa serta merta datang dan 'liburan' di tempat tersebut. Karena untuk sampai di tujuan, butuh waktu, energi dan beban barang kebutuhan selama mendaki.

Untuk itu bagi teman-teman yang pernah terpikir untuk membawa teman, pacar atau gebetan ke gunung dengan tujuan romantis dan untuk memperlihatkan pemandangan indah sebaiknya lakukan persiapan dulu. Kenalkan alam, kenalkan berat dan beban yang harus dibawa, kenalkan trek curam dan lelahnya berjalan, agar tidak ada lagi lelaki-lelaki yang 'berkorban' hanya untuk menyenangkan perempuanya.

Gunung bukanlah tempat wisata, entah apa namanya. Yang jelas ada perjuangan dan persiapan untuk mencapai dan menikmatinya. Percuma sampai di tempat yang romantis tapi pasanganmu pegal-pegal dan tidak bisa menikmati, hanya tidur berselimut sleeping bag karena tak mampu menahan dingin. Percuma juga sampai di tempat yang indah, tapi perasaan perempuanmu sebenarnya ingin cepat-cepat pulang. Percuma juga sampai di tempat romantis kalau kenyataanya hanya sibuk mengeluh dan menyalahkan.

Dan yang terpenting adalah kenali dulu perempuan yang ingin kamu ajak mendaki. Jangan coba-coba ajak perempuan mall ke gunung, karena di gunung ga ada lift atau eskalator. Kalau tetap memaksa, bersiaplah menjadi eskalator manual yang bakal sering disalah-salahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline