Lihat ke Halaman Asli

Roeslan Hasyim

Cerpen Mingguan

Bukan Tempat Ibadah Semestinya

Diperbarui: 24 Januari 2021   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

newsmedia.co.id

Sudah hampir beberapa bulan ini aku tak menjumpai siapapun di tempat ini. Aku berpikir bahwa semua orang sudah mulai merasa bosan dan mencari tempat lain yang jauh lebih menyenangkan. Tempat yang jauh lebih nyaman, tempat yang menawarkan kenikmatan surga seperti yang selalu dicari oleh semua umat manusia. 

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, pada setan, malaikat dan bahkan aku menanyakannya pada Tuhan, apa gerangan yang menyebabkan semua orang tak lagi riang gembira datang penuh dengan cinta ke tempat ini. Tak pernah ada jawaban yang pasti, hanya beberapa jawaban yang sekedar meraba-raba. Remang-remang tak ada satu kepastian, hanya sebuah spekulasi, opini dan pemikiran yang disandarkan pada sudut ruang yang terbatas.

Aku sempat berpikir bahwa orang -- orang sudah mulai bosan karena tempat ini selalu menyajikan hal -- hal yang itu saja. Hal sama saja setiap mereka datang, tak ada perubahan atau hal baru yang bisa membuat mereka tertarik untuk datang.

Tak seperti di tempat lain, tak jauh dari tempatku berada ini di desa tetangga, selalu saja dikerumuni banyak orang dengan segala macam halnya. Ada yang datang sengaja untuk menjumpai seseorang disana, dengan wajah senang. Ada pula yang datang dengan segepok uang bawaan, sepertinya uang itu sengaja dibawa untuk bersenang-senang dan tak memperdulikan apa komentar orang.

Sempat suatu saat aku sengaja datang ke tempat itu, untuk mencari tahu apa sebenarnya yang menjadikannya terkenal dan disukai banyak orang. Aku kemudian bertemu dengan wanita muda, dengan body aduhai, wajah cantik rupawan dan selalu saja penuh dengan sambutan senyum yang menawan.

"Sudah berapa lama kak, kakak ada di tempat ini?" seruku.

"Sejak tempat ini selesai dibangun, kakak mulai ada kok disini."

"Rame sekali ya kak. Apa memang setiap hari selalu begini?"

"Iya. Memang selalu seperti ini. Tak pernah ada habisnya orang selalu datang bergantian, terutama om-om yang sudah mulai berusia."

"Anak-anak muda keliatan juga banyak yang datang kak?"

"Iya. Tapi tak sebanyak om-om yang selalu datang silih berganti."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline