Lihat ke Halaman Asli

Desa Ponggok, dari Desa Tertinggal Menjadi Desa Mandiri

Diperbarui: 12 Januari 2017   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KLATEN | Air merupakan berkah dari Tuhan. Air menjadi sumber kehidupan. Air akan sangat memberi manfaat bagi kehidupan manusia jika dikelola dengan bijaksana. Inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi Junaidi Mulyono (Kepala Desa Ponggok) yang memiliki gagasan mengelola wisata air untuk kesejahteraan warga desanya.

Pemimpin muda yang membangun desanya melalui wisata air sehingga berhasil menjadi inspirasi bagi desa-desa di sekitarnya. Desa Ponggok tergolong beruntung karena memiliki potensi air yang melimpah.

Desa yang terletak di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah ini dianugerahi 5 (lima) mata air atau dalam bahasa Jawa disebut Umbul seperti Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Ponggok, Umbul Kapilaler dan Umbul Cokro. Debit airnya pun berbeda-beda tetapi debit yang paling tinggi ada di Umbul Ponggok yakni mencapai 735 liter per detik.

“Desa Ponggok berada di dataran rendah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi jadi kita di Ponggok ini potensinya adalah air”, ujar Junaidi yang juga merupakan putra asli desa Ponggok.

Junaidi Mulyono yang lahir 40 tahun silam yang membuat terobosan pembangunan dengan memanfaatkan air sebagai sumber pemasukan bagi desanya dan melalui air sukses mengangkat ekonomi warganya menuju sejahtera.

“Ponggok memiliki banyak potensi air, di tahun 2004 masih daerah tertinggal akan tetapi saat ini kita mulai menggarap potensi-potensi alam yang dulunya belum tergarap kita gunakan sebagai potensi kesejahteraan masyarakat, yang mana dari potensi sumber daya air ini kita gunakan sebagai perikanan dan juga untuk pariwisata,” tambahnya.

Sumber air menjadi berkah bagi masyarakat desa Ponggok yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain.

“Dengan adnya Dana Desa atau Undang Undang Desa yang sudah diundangkan ini dari desa-desa harus pintar-pintar menggali potensi untuk kesejahteraan masyarakat karena nantinya desa-desa ini akan bersaing untuk menggali potensi untuk masyarakatnya dan juga menggali perekonomian di desa tersebut,” ujar Bapak dua anak itu.

Penduduk desa Ponggok berjumlah 609 KK atau sekitar 2000 jiwa. Mata pencaharian warganya adalah petani dan peternak dan konon beras Dlanggu yang terkenal itu sumbernya dari desa ini. Jarak tempuh menuju desa Ponggok dari arah Semarang sekitar 3 jam, jika dari kota Solo sekitar 1 jam dan dari kota Jogja sekitar 30 menit.

“Motiasi kami adalah dimana potensi yang ada ini kita gunakan semaksimal mungkin demi kesejahteraan masyarakat kita jadi potensi yang ada ini kita olah dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” imbuhnya.

Bagi Junaidi potensi air yang melimpah ini merupakan peluang yang sangat besar dan menjanjikan jika dikelola dengan baik, apalagi di tahun 2001 hingga 2004 dia melihat kenyataan bahwa desa Ponggok masih menjadi desa tertinggal. Pendapatan Asli Daerahnya masih 14 juta per tahun disamping itu masyarakat juga dicekik oleh utang yang ditawarkan rentenir, banyak yang menganggur. Air hanya digunakan untuk MCK, pengadaan air bersih oleh PDAM dan irigasi sawah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline