Lihat ke Halaman Asli

Cerita di Wajah Malam

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam bersenggama dengan awan, sepasang mata menggaruk garuk punggung awan, mencari wajah rembulan..
Tak dinyana hujan tiba, basah cendela, teralis, terdengar tangis disisi lampu disamping tugu, terdengar pelan ditrotoar jalan diantara bibir mungil yang bertengkar dengan rasa lapar..

Malam merambat pelan menyumbat nurani, temani wajah jiwa sepi, didiskotik, cafe, bar, coba tersenyum getir diantara jajaran botol bir, bungkus rapi luka luka diantara canda tawa purel, dan sahwat terus berduel dengan hingar bingar musik, berisik mengusik " Cinta itu dari mata turun kedada kawan, jangan sungkan, jangan konyol, nikmat hidup terletak pada segelas alkohol " demikian pria mabuk itu berkata...

Malam gamang, ditaman remang remang sepenggal hati berkirim tanya, kenapa malam teramat sepi, apa yang kumakan esok pagi jika tak ada pelanggan malam ini..
Gema adzan buyarkan sunyi, mata itu mendadak beku, " ya aku tau aku tak cukup suci, tak cukup jernih, untuk jamah teduh surga, aku tau api abadimu menanti, tak apa asal anak anakku tak mati dirajam karena mencuri roti " katanya sembari menyumpahi nasib..

Dipinggir kali, dibawah jembatan seorang ibu berdoa " Tuhan dekatkanlah rahmat, hidayahmu, jauhkan azabmu dari penghuni semesta, lindungilah bocah bocah pemburu rizky dibawah lampu merah, teras teras rumah " katanya sembari mengusap rambut anaknya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline