Lihat ke Halaman Asli

Pagi di Gubug Tua

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi menyapa, serupa kicau burung di ranting kering..
Suaranya mengalun menembus batas kesunyian..
Berlomba memecah hening bersama riak arus air yang mengalir..
Serupa bahasa alam yang tak pernah bisa kumengerti..

Sementara aroma kopi menyeruak, menerabas dinding gubug ditepian desa..
Kilau embun dipucuk daun, seperti mutiara di terpa sinar sang fajar..
Kabut kabut yang membelit puncak bukit lenyap tinggalkan jejak senyap yang meruap..

Tapi ntahlah seperti ada yang kosong didinding hati..
Ada apa pagi ?
Adakah sebait puisi sekedar penghapus sepi hari ini ?
Diam batu tak memberiku cerita baru..
Ceruk sungai yang mengalir, tak pulangkan waktu yang bergulir..
Suara nyanyian burung itu adalah senandung hati yang terkurung..
Terkungkung dalam lingkaran waktu tanpa ujung..

Terjebak jiwa dalam hamparan sunyi..
Teriak sembari berlari menyeret mimpi, mencari sesuatu pada detak waktu yang tak pernah menunggu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline