Pagi menyapa, serupa kicau burung di ranting kering..
Suaranya mengalun menembus batas kesunyian..
Berlomba memecah hening bersama riak arus air yang mengalir..
Serupa bahasa alam yang tak pernah bisa kumengerti..
Sementara aroma kopi menyeruak, menerabas dinding gubug ditepian desa..
Kilau embun dipucuk daun, seperti mutiara di terpa sinar sang fajar..
Kabut kabut yang membelit puncak bukit lenyap tinggalkan jejak senyap yang meruap..
Tapi ntahlah seperti ada yang kosong didinding hati..
Ada apa pagi ?
Adakah sebait puisi sekedar penghapus sepi hari ini ?
Diam batu tak memberiku cerita baru..
Ceruk sungai yang mengalir, tak pulangkan waktu yang bergulir..
Suara nyanyian burung itu adalah senandung hati yang terkurung..
Terkungkung dalam lingkaran waktu tanpa ujung..
Terjebak jiwa dalam hamparan sunyi..
Teriak sembari berlari menyeret mimpi, mencari sesuatu pada detak waktu yang tak pernah menunggu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H