Lihat ke Halaman Asli

Hujan di pelupuk mata

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam menitiskan rinai hujan, garis garisnya pecah diujung tanah..

Sementara sang kunang kunang terdiam di ujung daun yang bergoyang di mainkan angin..

Cahayanya redup redam dijarah kesunyian..

Matanya sayu menatap sepi malam..

Ah, malam yang memanggul resah, malam yang letih mendengar jiwa yang acap merintih..


Jiwa kelam yang gelisah disamun segunung dosa tak terhingga..

Yang jatuh itu bukan tetes hujan, itu air mata..

Serupa keluh kesah juga segumpal sesal yang mengganjal..

Aku bukanlah manusia suci, aku acap ingkar dan lupa pada perintah_Nya

Dosa ini milik siapa, yang tumbuh kala guyuran nafsu membutakan mata hati, juga menulikan nurani..


Aku sang pendosa, yang mencari patahan cahaya, agar tak lagi terjatuh dikubangan nista..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline