Lihat ke Halaman Asli

Biarkanlah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adaku cuma sebatas kata yang tak nampak mata
Kalian dekapku dalam canda tawa
Menguntum senyum dari ramah tutur kata
Merasai sejuknya dunia kata kata

Kawan meski sebatas maya, kalian begitu nyata.
Kawan...kalian serasa utuh meski tak tersentuh.
Menjamah ranah jiwa lengkapi segala kekurangan menutup segenap alpha
Kawan..
Biarkan saja mereka mencibirmu, tak perlu kau dengar ringkik suara kasar yang acap kau dengar.

Kau tau shobat, saat sedihmu menggumpal, menitiskan hujan di sudut matamu.
Saat mereka kisahkan hitam duniamu, amarah ini mengganjal di dada juga darahku.
Kawan...
Tak ada yang tau sehitam apa, hati manusia, biarkan mereka menulis nama mereka dengan tinta emas sembari membusungkan dada, dan kita kaum pinggiran cukup menulis dengan getah melati.
Tersenyumlah kawan, dunia ini tak kekal.
Mari busungkan semangat, tekad, memberi yang terbaik tuk keluarga tersayang juga sahabat.
Ingatlah kawan mari bercermin pada mata ibu, nafas ini tak kekal,
bukankah begitu jalan hidup memberi kita bekal.

01012010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline