Menutup mata mengeja mimpi.
Selayak senja melebur diri
Di ujung hari,di balik punggung gunung
Ia yang tak kunjung letih,menggaris langit
Mengitari selingkar bumi.
Dalam kelopak cahaya tuanya ia mengubur diri.
Mencumbui mimpi,menghilang selepas sore hari.
Sementara sang angin melayapi,rongga rongga dedaunan.
Ia memberi kabar tentang penyair di sebrang lautan.
Ia menyulam kata serupa pahitnya hidup.
Mengudar semua getir jalannya.
Lalu melukis nasibnya di bentangan pantai.
Sembari menertawai takdirnya.
Penanya memicu hujan,di atas samudra.
Di daun hujan ia berkaca,sembari menertawai dirinya sendiri.
Hatinya bertarung dengan mimpinya.
Berkecamuk dada,bergemuruh hingga ia rubuh.
Langit di matanya retak,berserak.
Bening matanya mengembun,hujanpun turun dari matanya.
Itu adalah suara hati,yang terpendam
Yang slama ini terbelit tali kesunyian.
Saat ia berdiri,ia menjadi orang yang tak ia kenali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H