Lihat ke Halaman Asli

Jejak Masalalu

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada kelambu masalalu masih tersisa jejak menapak dipundak
Segala peristiwa terekam medki samar tspi tak kunjung ambyar, bagai benalu ia menjalar liar
Tumbuh menerabas dinding paling panas memantik bara dirongga dada dan dengan terseok seok sepasang kaki meikulnya hingga kebawah pintu jendela
Lantas mencuri doa dari kamar ibunda sebagai penawarnya
Ahh sungguh ia tetap singgah mengabarkan luka bekas sayatan itu, hingga wajah ini rediam menunduk menyembah sepi
" Kenapa tak kau angkat pedang bermata dendam itu...? " kata ssisi kelam hati
Lantas dengan tak senonoh mengutuk kesunyianku,,

Dikejauhan angin bertip sayup, matahari hampir redup, gema peristiwa memeluk segala luka yang tak jua menutup
Detik waktu berdetak, sepi tak kunjung retak, di bola mata semua bayanganpun kembali bergejolak
Lantas teriak memaki sepi diri, sepi yang ajeg datang bagai gelombng pasang menerjang pasir pasir gamang
Oo malam lihat betapa kau tlah mengutuk kesunyianku..
Betapa risau aku memikul segunung bayang yang kau undang datang,..
Sedetik kemudia mua kembali menjadi budak sepi, berjalan tertatih memikul pecahan mimpi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline