Lihat ke Halaman Asli

Alan Daka

Cuma mau nulis.

Mahar

Diperbarui: 2 Oktober 2016   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"maharhantaransurabaya.blogspot.com"

Sang pusat tata Surya sudah pada puncak tertingginya, menjalani tugas membagi cahaya yang tak ada habisnya. Para pemimpi bertebaran keluar ruangan,  mencari asupan yang dinginkan.

Lorong panjang lantai dua kususuri, hendak kembali ke kelas mengambil yang terlupa. Padahal umurku baru 22 tahun, tapi entah kenapa sekarang lupa seolah jadi kawan baruku. Segera kumasuki kelas yang tak tertutup, lalu kuhampiri meja tempat aku tadi belajar. Ternyata benar ponselku tertinggal dilaci meja. Kubuka ponselku, lalu kulihat ada dua panggilan tak terjawab. Ternyata dari temanku, mas Fadlan. Segera ku hubungi dia.

"Assal....." seru salamku

"Anna nanti sore datang ke kelas saya ya, ga pake ga, nanti ditunggu pokoknya." serunya yang memotong salamku.

"Kenapa sih mas, saya salam aja sampai dipotong. Emang ada apa?" Jawabku dengan agak kesal.

"Aku sudah dapatkan kriteria pria yang kamu cari, langsung perkenalan saja nanti, Mia juga sudah saya minta untuk menemani kamu kok" jawabnya dengan langsung menutup pembicaraan.

Hatiku tidak karuan, akhirnya pertemuan yang ditunggu sudah didepan mata. Kakiku tetiba terasa gontai dan lemas, tak lagi mampu menopang badan karena grogi ini. Aku cuma bisa terduduk dikelas yang sunyi, sembari berusaha memupuk keberanian dan mengendalikan grogi.

Tidak terasa waktu rehat sudah habis, mata kuliah kedua sudah akan dimulai. Tapi aku harus menjalankan kewajiban ku dulu, tak apalah  jika harus kena marah nanti. Mata kuliah kedua ini serasa lain dari yang lainya, konsentrasiku terpecah antar belajar dan memikirkan pertemuan nanti.

Detik jam juga terasa berputar lebih cepat dari biasanya, aku tak mengharapkan ini. Aku masih butuh waktu mengendalikan perasaan, kenapa waktu serasa tak mengerti. Grogi iya, tapi aku juga takut tak sesuai yang diinginkan. Tak terasa kelas pun dibubarkan, segera ku menuju tempat pertemuan.

Terlihat dari kejauhan Mia menunggu didepan kelas, lalu dibawanya aku masuk kedalam kelas. Tapi tak kutemukan lelaki selain mas Fadlan, siapa sebenarnya sosok pria itu. Mas Fadlan? 

"Tunggu dulu ya, teman saya masih dalam perjalanan." Seru mas Fadlan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline