Lihat ke Halaman Asli

Es Batu sebagai Penjaga Kualitas Kesegaran Ikan pada Saat Proses Pengangkutan

Diperbarui: 4 Juni 2022   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

linkKonsumen dari produk hasil perikanan di Negara Indonesia selalu akan mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Peningkatan jumlah konsumen dari hasil tangkap yang berupa ikan juga bersamaan dengan peningkatan kesadaran para konsumen terhadap keamanan bahan makanan. Permintaan dari konsumen terhadap ikan konsumsi telah mengalami perubahan yang cukup pesat, dari ikan segar dalam keadaan beku menjadi ikan yang masih dalam kondisi hidup. Hal ini dikarenakan ikan yang masih hidup nyatanya memiliki rasa dan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan ikan yang telah dibekukan, daging ikan akan terjamin mutunya dengan menggunakan salah satu cara yang paling efektif dalam proses pendistribusian ikan.

Cara yang seringkali dilakukan pada proses pengangkutan ikan segar atau dalam keadaan sudah membeku maupun ikan yang masih hidup adalah dengan menggunakan sistem basah. Teknik ini digunakan untuk keperluan pengangkutan pada jarak yang relatif dekat, namun kurang efektif apabila teknik ini digunakan pada proses pengangkutan dengan jarak yang jauh karena akan membutuhkan ruang yang lebih besar dan juga luas sehingga bobot daging ikan dalam pengangkutan akan menjadi lebih berat. Transportasi ikan yang masih hidup dengan menggunakan sistem kering dapat menjadi pilihan yang bagus untuk mendistribusikan ikan hidup dengan waktu pengangkutan yang relatif lebih lama.

Pada proses pengangkutan ikan yang masih hidup dengan menggunakan sistem kering perlu dilakukan proses penanganan berupa proses pemingsanan ikan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang dan stabil akan mengurangi tingkat stress dari ikan, mengurangi kecepatan proses metabolisme serta konsumsi oksigen. Pada kondisi ini tingkat kematian selama proses pengangkutan ikan akan menurun, sehingga menambah kemungkinan akan jarak tempuh pada proses pengangkutan dapat menjadi lebih jauh dan kapasitas angkut juga akan meningkat. Metode pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara penggunaan zat anestesi atau bisa juga dengan menggunakan cara menurunkan suhu airnya.

Zat anestesi yang seringkali digunakan dalam proses pemingsanan ikan ialah berupa bahan kimia. Penggunaan dari bahan kimia sangat umum dipraktikkan, namun memiliki masalah yang dimana penggunaan bahan kimia memiliki harga yang relatif mahal dan perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingsankan dengan bahan kimia nantinya akan dikonsumsi juga dan memberikan efek negatif pada mutu daging ikan, sehingga pemilihan metode pemingsanan perlu memperhatikan dari aspek kesehatan juga. Metode pemingsanan dengan menurunkan suhu bisa menjadi salah satu pilihan yang paling aman dan sangat disarankan karena tidak mengandung bahan kimia di dalamnya.

Lama waktu dari proses penyadaran ikan yang telah melalui proses pemingsanan membutuhkan waktu kurang lebih sampai lima menit. Menurut Susanto et al. (2014) ikan yang berada dalam kondisi pingsan tidak akan mengalami kekurangan oksigen yang terlalu banyak, sehingga pada proses penyadaran ikan hanya memerlukan waktu yang relatif singkat. Semakin lama waktu pemingsanan ikan akan menyebabkan ikan bisa lebih lama lagi beradaptasi pada proses penyadarannya, karena ikan mengalami kondisi kekurangan oksigen dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan otot pada tubuh ikan menjadi lemas dan juga mengendur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline