Seni merupakan bagian integral dari sejarah peradaban manusia yang tidak terlepas dari perkembangan peradaban manusia yang terkait erat dengan aspek-aspek utama dalam sejarah, agama, ekonomi, maupun politik. Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, terlebih-lebih karena pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni.
Timbulnya hasrat dan keinginan manusia untuk menyaksikan Pertunjukan yang di pergelarkan oleh orang lain, serta keinginan dari para seniman untuk disaksikan dan dipergelarkan hasil karya mereka, telah dirasakan sebagai kebutuhan naluri dan spiritual bagi masyarakat yang beradab dan berbudaya. Seiring dengan perkembangan kebudayaan, seni sebagai salah satu produk budaya juga mengalami perkembangan, sebagai refleksi dari keadaan masa itu. Begitu juga dengan seni Teater/ seni peran yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari dan fenomena-fenomena sosial, tidak terlepas pula dari perkembangan itu. Seni teater terus berkembang dengan berbagai konsep dan aliran didalamnya, baik yang mengambil konsep pencitraan masa lalu ataupun dengan pencitraan masa kini sebagai penggambaran fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Seni teater adalah salah satu bentuk seni yang melibatkan pertunjukan panggung yang melibatkan aktor, penulis naskah, sutradara, dan sejumlah elemen visual, audio, dan pergerakan. Seni teater telah menjadi bagian penting dari budaya manusia selama ribuan tahun dan terus mengalami perkembangan yang signifikan. Seni teater memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai dari zaman kuno di berbagai peradaban seperti Yunani Kuno, Romawi, dan India. Pementasan drama di Yunani Kuno, misalnya, dipentaskan dalam amfiteater terbuka dengan penonton yang berjumlah ribuan orang. Teater pada masa itu juga memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan moral, politik, dan agama.
Selain itu, seni teater juga berkembang di berbagai budaya di seluruh dunia seperti Teater Noh di Jepang, Wayang Kulit di Indonesia, dan Commedia dell'arte di Italia. Seni teater merupakan seni yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, karena teater mempelajari anatomi manusia. Antonin Artaud pernah menjelaskan the theatre is the state, the place, the point where one can apprehend the human anatomy; with the human anatomy, one can heal and direct life (dalam Barba & Savarese, 2006: 21). Artinya dengan teater kita dapat memahami anatomi manusia untuk memperbaiki dan mengarahkan kehidupan salah satunya yaitu mengarahkan karakter manusia. Hal tersebut menjadi bukti bahwa teater dengan segala aspeknya baik dari proses kreatif sampai pada pementasan memberikan pengalaman pembelajaran yang penuh dengan nilai karakter. Seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau syntethic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater merupakan seni audio visual yaitu seni yang dapat didengarkan serta dapat dilihat. Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam arti yang lebih luas yaitu meliputi proses pemilihan naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan, dan proses pemahaman atau bagaimana apresiasi dari khalayak (Satoto, 2012, p. 6). Seni teater adalah jenis seni yang sangat luas sekali, seni teater seperti sebuah cermin tanpa bingkai, mewakili gerak kehidupan manusia yang terdiri dari sekumpulan komponen peristiwa yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh. Seni teater adalah suatu seni untuk mengenal manusia, kemanusiaan, dan kehidupan manusia. Latihan dasar seni peran merupakan tahap pertama dari proses pembentukan seorang aktor yang terdiri dari aktor dan dirinya, aktor dan lakon, dan proses membawakan lakon.
Kendala utama dalam pembentukan seorang aktor adalah diri si aktor sendiri. Maka dari itu kita harus menelaah ada apa didalam diri seorang aktor atau setiap orang. Dalam diri seorang aktor terdapat dua bagian yaitu raga yang terdiri dari tubuh, gerak dan pernafasan. Sedangkan dalam sukma terdapat unsur-unsur emosi, kemauan, semangat, pikiran, dan fantasi. Maka dalam menjalani latihan-latihan, terdiri dari tiga macam yaitu olah tubuh, olah vokal dan olah rasa, pada pelaksanaannya menjadi satu atau saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Kumalasari, 2020, p.4).
OLAH TUBUH
Saptaria (2006: 54) dalam (Kumalasari, 2020, p.3) mengemukanan bahwa olah tubuh sebagai proses pembebasan adalah kesadaran elastisitas tubuh sebagai alat visual aktor yang mengarah pada kesadaran gestikulasi yang proposional. Sebelum memainkan karakter aktor harus menguasai tubuhnya karena tubuh merupakan bagian penting sebagai media penafsiran dari 4 sebua lakon. Oleh karena itu, aktor harus belajar demi pencapaian kualitas tubuh agar enak di tonton. Santosa (2008:156-183) dalam (Kumalasari, 2020, p.3) mengemukakan bahwa latihan olah tubuh melatih kesadaran tubuh dan cara mendayagunakan tubuh. Olah tubuh dilakukan dalam 3 tahap, yaitu;
1) Pemanasan adalah gerakan tubuh untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan
otot dengan cara bertahap dari ujung kaki hingga ujung kepala.