Lihat ke Halaman Asli

Miris! Kaya SDA, Tapi Kemiskinan di Muba Masih Tinggi

Diperbarui: 4 Januari 2018   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: wartakota.tribunnews.com

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumatera Selatan (Sumsel) menyebutkan kabupaten Musi Banyasin (Muba) merupakan kabupaten yang jumlah PAD terbesar no 2 di bandingkan daerah lainya yang ada di sumsel.

Namun, Fitra menyayangkan meski jumlah PAD terbesar no 2, diiringi dengan angka kemiskinan nomor 2 tertinggi di Sumsel. Kordinator Fitra Sumsel Nuniek Handyanie memaparkan hal itu kepada RMOL Sumsel, Senin (3/4).

Menurut Nuniek, Muba itu sangat seksi, sebagai daerah kaya SDA, sangat disayangkan angka kemiskinan tinggi, begitu angka korupsi tinggi. Nuniek menyebut, rolling jabatan yang terlalu sering dan tidak diimbangi dengan kapasitas dan kualitas SDM yang memang berkompeten cenderung mempengaruhi proses di pemerintahan dan tentu berpengaruh terhadap kebijakan.

Terlebih, dalam hal roling jabatan lebih memilih unsur kedekatan bukan berdasarkan kompetensi. Menurut Nuniek, kalau hal itu terus dibiarkan, sulit untuk adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Selain itu masih lemahnya kontrol masyarakat, legislatif dan peran media untuk kebaikan bersama, turut mempengaruhi pula masih maraknya berbagai persoalan di atas. Nuniek pun mengharapkan uang negara dipergunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat.  

Nunik menyebutkan jika merujuk pada data BPS tahun 2015 lalu, angka masyarakat miskin di sumsel yakni Muratara menempati presentase penduduk termiskin di Sumsel yakni 19,73 persen. Menyusul Musi Banyuasin (18,35 persen) dan Lahat (18,02 persen).

Pukulan untuk Dodi Reza Alex

Masih tingginya kemiskinan di Muba tentu menjadi PR Bupati Dodi Reza Alex. Persoalannya, berbagai masalah di atas rasanya sulit dipecahkan Dodi. Pasalnya, Dodi kini lebih fokus memenangkan Pilgub Sumsel 2018 dibanding memikirkan memecahkan masalah tersebut.

Disitulah masalahnya bupati yang baru seumur jagung memimpin sudah mengejar jabatan yang lebih tinggi. Tidak memiliki waktu untuk mengatasi segala persoalan di daerahnya, karena terlalu sibuk memikirkan bagaimana memenangkan Pilgub untuk menggantikan ayahnya di Sumsel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline