Gemerlap Pemilihan Gubernur Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah 2018, sudah tak diragukan lagi kalau cukup menyita perhatian publik. Tapi jika harus menyebut satu daerah lain yang tak kalah panas adalah Pilgub Sumatra Selatan.
Bukan tanpa alasan mengapa Pilgub Sumsel kali ini berlangsung panas. Penyebabnya, pertama karena penuh kontroversi. Kedua, isu dinasti politik kembali menguat.
Untuk yang pertama, menuai kontroversi karena salah satu kandidat yang bakal bersaing, yakni Dodi Reza Alex baru beberapa bulan dilantik menjadi Bupati Musi Banyuasin. Tepatnya tanggal 22 Mei 2017.
Menurut banyak kalangan, langkah Dodi ikut kontestasi di Pilgub Sumsel 2018 telah menghianati janji politiknya terhadap masyarakat Muba. Karena belum melakukan apapun, sudah mengejar kedudukan yang lebih tinggi.
Bahkan, baru-baru ini pengamat politik LIPI Siti Zuhro menyebut, siapapun yang sudah dilantik menjadi kepala daerah harus menyelesaikan tugasnya. Kalau tidak, berarti dia melanggar etika dalam berpolitik.
Yang kedua, munculnya isu dinasti politik di Pilkada Sumsel karena Dodi merupakan anak dari Gubernur Petahana Alex Noerdin. Karena itu, wajar jika banyak yang menyebut kalau Dodi tega menghianati masyarakat Muba, tak lepas dari keingginan Alex Noerdin untuk membangun dinasti politik di Bumi Sriwijaya tersebut.
Dengan munculnya isu dinasti politik tersebut, maka kini Pilkada Sumsel dihadapkan pada dua pilihan. Antara pendukung status quo dan kubu perubahan. Pendukung status quo jelas diwakili oleh Dodi sebagai anak Gubernur Petahana. Dan kubu perubahan diwakili oleh Herman Deru-Mawardi Yahya.
Memang ada nama Ishak Mekki, tapi karena saat ini dia menjadi Wagub Alex Noerdin, jadi sulit untuk memasukkan apakah dia berada diantara kubu status quo atau perubahan. Yang paling mungkin dia berada diantara keduanya.
Karena itu, dalam tulisan ini saya hanya akan menunjukkan apa-apa saja yang disampaikan oleh pendukung status quo dan kubu perubahan. Berdasarkan penggamatan penulis di media sosial, program kedua kubu tersebut sangat jelas berbeda kontennya.
Pertama, dari kubu pendukung status quo. Menurut Husnul Chotimah dari Kelompok Diskusi Demokrasi Digital Sumatera Selatan, berdasarkan hasil diskusinya yang bertema "Mengkaji Konten Kampanye Pilkada Sumsel 2018" di Palembang, Minggu (26/11), Khusnul menyampaikan bahwa kubu status quo ingin mempertahankan dan meneruskan keadaan sekarang.