Lihat ke Halaman Asli

Maksiat

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen Alamsyah M. Dja'far

“Sudah dengar mimpi aneh Ustaz Nasrullah?”
“Mimpi? Belum. Mimpi apa?”
“Ustad Nasrullah pernah bermimpi melihat orang-orang pulau penuh sesak shalat berjemaah di masjid”

“Apa anehnya? Bagus bukan masjid jadi ramai? Itu perintah agama.
“Ya, tapi imam shalat dan para jemaah telanjang bulat!”

Rahim berhenti sejenak. Diliriknya Rufiah sekelebatan. Wajah isterinya itu mengkerut mirip orang kena gendam.

“Apa artinya?” tanya Rufiah penasaran. Rona mukanya seperti ketika bertanya berapa banyak Rahim dapat tangkapan ikan.

“Itu teguran untuk tokoh agama dan orang-orang pulau yang membiarkan kemaksiatan di pulau ini!” Rahim melanjutkan ceritanya sembari melempar pandangan keluar rumah, pada lalu lalang muda-mudi asal Jakarta berbusana minim, kuyup, cekikikan, menenteng jaket penyelamat dan sepatu katak.

“Kemaksiatan?”

“Ya, kemaksiatan. Itu makanya mereka semua shalat tapi telanjang. Sebab merka membiarkan orang-orang yang datang ke sini mengumbar aurat?”

Kumandang azan bergema dari tengah kampung menghentikan obrolan suami-isteri ini. Gemanya merambat ke arah timur dibawa angin.

Di pulau berpenduduk empat ribu jiwa itu, Rahim satu di antara orang yang tak setuju jika tanah kelahirannya jadi tujuan wisata.

“Lama-lama pulau kita bisa seperti Bali. Orang-orang hidup seenaknya. Kumpul kebo jadi biasa! Seperti tak punya agama saja! Lantas bagaimana masa depan anak cucu kita? Orang-orang itu hanya buat pulau kita tempat maksiat. Kita tak tahu apa mereka itu suami isteri atau bukan. Masa kita biarkan?” tanya Rahim kepada Sodikun suatu ketika di serambi masjid selepas Isya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline