Lihat ke Halaman Asli

Jembatan Cinta Tidung yang Babak Belur

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak setahun belakangan, Jembatan Cinta Pulau Tidung Kepulauan Seribu “babak belur”.  Kondisinya kini makin memprihatinkan. Meski masih bisa dilalui pejalan yang melintas dari dan menuju Pulau Tidung kecil, sebagian kayu jembatan yang didominasi batang pohon kelapa keropos di sana-sini. Dua saung tempat biasa wisatawan melepas lelah, roboh. Saat pulang kampung tahun lalu, saya sempat menolong seorang perempuan paruh baya wisatawan asal Jakarta yang terjerembap. Kakinya luka dan mengeluarkan darah. Papan yang diinjak melanting ke atas karena paku tak mencengkram. Belakangan beberapa teman juga menginformasikan, tak sedikit korban luka-luka akibat kerusakan jembatan. “Jembatan Cinta” –entah siapa yang menamakannya pertama kali—merupakan jembatan sepanjang 500-an meter yang menghubungkan Pulau Tidung Besar – Pulau Tidung Kecil Kepulauan Seribu. Jembatan ini didominasi kayu-kayu batang kelapa. Memiliki lengkungan terbuat dari besi di mulut dermaga Pulau Tidung Besar, jembatan ini merupakan lokasi favorit bagi wisatawan yang datang ke pulau seluas 50-an hektar itu. Rata-rata pengunjung yang datang hampir mencapai 2000-an orang setiap bulannya. Di hari-hari libur panjang, jumlahnya bisa bertambah. Di jembatan itulah para wisatawan biasa duduk-duduk santai sambil menikmati matahari terbit dan tenggelam, melompat ke laut, atau mengambil gambar. Parahnya kondisi jembatan itu mendorong anak-anak muda asal Pulau Tidung menginisiasi gerakan perbaikan ikon wisata Tidung ini sejak awal April. Di antaranya dengan menggelar kegiatan pengumpulan dana secara swadaya. Bagi sebagian masyarakat, pembiaran atas kondisi Jembatan Cinta dikhawatirkan berdampak terhadap jumlah kunjungan wisatawan, dan ujung-ujungnya juga terhadap kesejahteraan masyarakat. Gerakan ini diberi nama “Gerakan Peduli Jembatan Cinta”. Masyarakat Wisata Galang Dana Dari hasil musyawarah yang diinisiasi para inisiator dan dihadiri para pemangku kepentingan wisata, mulai pemilik jasa travel, pemilik penginapan, atau kapal tradisional, disepakati menargetkan donasi Rp. 20 juta. Sementara target keseluruhan biaya yang diperlukan untuk perbaikan jembatan Rp. 70-an juta. Sisanya diharapkan datang dari pihak pemerintah. “Dana yang terkumpul sudah Rp. 11 Juta,” kata Mukti Ali, salah seorang inisiator yang tinggal di Pulau Tidung via pesan singkat menjelaskan perolehan donasi dari masyarakat. Ide gerakan ini sebetulnya sudah sempat dibicarakan para inisiator dengan Bupati Kepulauan Seribu Ahmd Lutfi dan sejumlah Kepala Suku Dinas di kantor perwakilan Kabupaten Kepulauan Seribu di gedung Mitra Praja, Jakarta Utara, dalam sebuah pertemuan pada 11 April 2011. Bupati sendiri yang waktu itu mengusulkan ide pertemuan. Pertemuan menghasilkan beberapa poin di antaranya komitmen donasi pribadi pejabat pemerintah Kabupaten untuk penyediaan papan. Desakan agar Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) Kepulauan Seribu mengalokasikan sebagian dari total anggaran “Pemeliharaan Infrastruktur yang Tidak Terprediksi dan Memerlukan Tindak Segera” sebesar Rp 1.7 milyar untuk perbaikan Jembatan Cinta juga dimunculkan. Dana itu berasal dari anggaran Sudin PU Kepulauan Seribu tahun 2011. Namun seorang perwakilan Sudin PU yang hadir mengatakan, pihaknya malah sudah merencanakan perbaikan dua saung jembatan. Padahal yang dibutuhkan, perbaikan jembatan dengan prioritas mengganti papan dan kayu-kayu penyangga yang rusak. Pertemuan juga mengagendakan pertemuan lanjutan untuk membicarakan lebih tekhnis pengumpulan donasi dan koordinasi perbaikan Jembatan Cinta. Tujuh Sikap Gerakan Peduli Jembatan Cinta Beberapa hari setelah pertemuan, kegiatan perbaikan Jembatan Cinta dilakukan menggunakan dana yang sudah terkumpul sembari menungu respon dari hasil pertemuan. Untuk menekankan sikap dan aspirasi masyarakat, inisiator juga merilis pernyataan sikap berisi tujuh poin. Pertama, apresiasi atas dukungan masyarakat dalam bentuk donasi, sumbang saran dan tenaga dalam membangun dan memperbaiki Jembatan Cinta. Kedua, apresiasi terhadap langkah pejabat di lingkungan Kabupaten yang berkomitmen dalam mendukung inisiasi warga dalam bentuk donasi pribadi berupa pembelian papan dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan. Inisiator juga menegaskan agar janji tersebut bisa direalisir segera. Ketiga, desakan kepada Sudin Dinas PU agar mendukung inisiasi dan partisipasi masyarakat dalam bentuk komitmen mengeluarkan sebagian alokasi anggaran “Pemeliharaan Infrastruktur yang Tidak Terprediksi dan Memerlukan Tindak Segera” yang totalnya Rp. 1.7 milyar. Penggunaaan alokasi anggaran tersebut harus didasarkan atas prinsip proporsionalitas, transparan, berskala prioritas dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keempat, penolakan terhadap rencana Sudin PU memperbaiki dua gazebo jembatan karena tidak mempertimbangkan prioritas kebutuhan perbaikan jembatan, khususnya perbaikan tubuh jembatan dengan mengganti papan dan kayu-kayu penyangga jembatan yang telah rusak. Kelima, sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan prinsip-prinsip good governance, terutama dalam hal keterbukaan publik sebagaimana diatur dalam UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dan dalam konteks pengadaan barang dan jasa pemerintah diatur lebih rinci dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Gerakan Peduli Jembatan Cinta mendesak Sudin PU Kepulauan Seribu memublikasikan alokasi dana perbaikan jembatan itu kepada masyarakat agar masyarakat dapat berpartisipasi mengawasi proses dan hasil pengerjaan. Keenam, alokasi dana APBD untuk kebutuhan perbaikan atau pembangunan jembatan itu dinilai hampir selalu dianggarkan, setidaknya sepanjang 2009. Namun demikian, Gerakan Peduli Jembatan Cinta menilai dari sisi kualitas dan pengerjaan belum cukup maksimal, dan yang mungkin menyebabkan jembatan lebih cepat rusak dari yang diprediksi. Tahun 2009 saja, dalam APBD, Sudin PU Kepulauan Seribu mengalokasikan kegiatan “Penyelesaian Jalan/Jembatan Orang menghubungkan Pulau Tidung Besar-Pulau Tidung Kecil” sebesar Rp. 1.9 milyar, dana yang tak terbilang kecil. Di tahun 2010, dialokasikan dana puluhan juta untuk perbaikan jembatan yang sama. Ketujuh, Sementara wisatawan yang terus datang ke Pulau Tidung dan tetap menggunakan jembatan yang sebagian besarnya rusak parah tersebut, Gerakan peduli Jembatan Cinta mendesak agar proses pengerjaan perbaikan jembatan tersebut dilakukan sesegara mungkin dan dapat digunakan dengan aman. Pernyataan sikap itu ditandatangani 19 April 2011 atas nama Atas nama Inisiator Gerakan Peduli Jembatan Cinta. Nama insiator yang tertera: Mukti Ali, Alamsyah M. Dja’far, Amsir, Rojiun, Ridwan Malik, Sofyan, Ahmadi, Rahmat Hidayat, FahrulRoji, Fahrullah, sandi. Mereka anak-anak muda asal Pulau Tidung, beberapa orang sudah lama menetap di Jakarta. Pernyataan sikap itu selanjutnya dikirim ke Bupati, ditembuskan ke sejumlah instansi seperti Sudin PU Kepulauan Seribu dan Dinas DKI Jakarta. Inisiator juga berencana menyampaikan ini ke Komisi B dan D DPRD DKI. Pada liburan akhir pekan, 23-24  April lalu, pernyataan sikap disebar dibagikan kepada wisatawan yang datang untuk mengumpulkan dukungan. Tak sedikit wisatawan yang membubuhkan tanda tangan. Sebelumnya, sikap Gerakan Peduli Jembatan Cinta itu disampaikan lewat gerakan mengirim pesan singkat secara serentak ke nomor Kepala Sudin PU Kepulauan Seribu. Beberapa mengirimkan pula ke nomor Bupati. Selain itu, surat pernyataan dikirimkan ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) DKI Jakarta I melalui email. Ditujukan kepada Kepala Perwakilan BPKP DKI Jakarta I, Eddy Mulyadi Soepardi. Hingga tulisan ini dipublikasi, belum ada pernyataan resmi dari Bupati dan Sudin PU Pulau Seribu. Perbaikan jembatan hingga kini masih terus dilakukan dengan dana swadaya yang sudah terkumpul. [] Foto-foto: Istimewa Keterangan: Foto 1 : Saung jembatan yang biasa digunakan wisatan dan pejalan kaki beristirahat, roboh Foto 2: Kayu-kayu jembatan yang kebanyakan berbahan batang kelapa tampak rapuh Foto 3 : Anak-anak muda yang terlibat dalam Gerakan Peduli Jembatan Cinta sedang mengecat dan memperbaiki lengkungan Jembatan Cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline