Tidak terasa bali akan di pimpin oleh gubernur dan wakil gubenur ke yang kesepuluh. Ini membuktikan bahwa bali semakin matang menjalankan demokrasi kebebasan dalam berekspresi. Tepat tanggal 27 juni 2018 mendatang akan di laksanakannya pesta demokrasi rakyat bali, untuk memilih gubenur dan wakil gubenur baru.
Sekarang semua pasang mata menuju pada perhelatan lima tahun sekali ini. Para pasangan calon sibuk menebar janji politiknya, dengan manis demi menggait pendukung. Sibuk blusukan ke segala tempat desa maupun kota. Baliho menampilkan para kandidat di segala ruas jalan. Visi misi para pasangan calon sangatlah jelas, memajukan bali. Intinya siapa yang memenangkan hati rakyat bali, berhak memimpin selama lima tahun kedepannya.
Program baru akan disebarluaskan hingga ke segala pelosok. Satu hal yang menjadi pertanyaan kenapa?. Setiap pemimimpin baru yang menjabat, akan membuat program baru di masa jabatannya, walaupun program tersebut mirip mirip halnya. Mungkin pemimpin baru menjabat punya hak untuk membuatnya dan merasa malu melanjutkan apa yang telah ada. Kayaknya pemimpin baru menjabat kurang rasanya bila tidak membuat program baru. Suntik mati saja yang lama. Sekarang harus beda.
Kondisi ini membuat rakyat kecil menjadi bingung. Mereka seakan di permainkan oleh para penguasa yang mereka pilih. Dan yang aneh lagi menjelang berakhirnya satu rezim katakan lah programnya juga akan berhenti. Kenapa hal yang baik harus di hapus ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H