Lihat ke Halaman Asli

Alam Semesta

Instructional Designer

Keluarga dan Efikasi Diri Remaja

Diperbarui: 24 Juni 2019   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source:pexels.com

Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan efikasi diri (self-efficacy)? Konsep efikasi diri diperkenalkan oleh Albert Bandura pada tahun 1977 melalui  artikel berjudul Self-efficacy: toward a Unifying Theory of  Behavioral change. Efikasi diri dapat dipahami sebagai keyakinan seseorang mengenai kemampuan dalam mencapai keinginannya. 

Menurut Caprara, Scabini, Regalia (2006) terdapat korelasi antara  perkembangan efikasi diri remaja dengan kedekatan hubungan mereka pada saudara sekandung (filial), kedekatan hubungan mereka dengan orangtua (parent), dan efikasi kolektif maupun efikasi keluarga (family and collective efficacy). Kesimpulan tersebut mereka tuangkan dalam artikel berjudul The impact of perceived family efficacy beliefs on adolescent development.

Ada dua faktor penting dalam keluarga yang mendorong tumbuhnya efikasi diri positif pada remaja. Pertama, anggota keluarga yang lebih dewasa perlu menyeimbangkan keinginan untuk memberi perlindungan dengan memberikan kebebasan membuat keputusan kepada si remaja. Kedua, adanya hubungan kekeluargaan yang harmonis disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang proporsional bagi semua anggota keluarga.

Efikasi diri anggota keluarga lain menjadi model bagi remaja di dalam keluarga tersebut untuk mengembangkan efikasi dirinya. Selama bekerja sebagai guru SMA di Indonesia, saya melihat siswa-siswa yang memiliki orangtua/wali dengan efikasi diri yang tinggi lebih sukses dibandingkan dengan orangtua/wali yang efikasi dirinya rendah.

Orangtua/wali yang efikasi dirinya tinggi sangat aktif dalam menghadiri pertemuan orangtua. Orangtua/wali tersebut juga tidak segan menelpon atau datang ke sekolah untuk menemui guru bimbingan konseling serta walikelas untuk berdiskusi tentang rencana siswa setelah selesai studi di SMA. 

Siswa dengan orangtua/wali yang memiliki efikasi diri tinggi juga lebih berani mengemukakan pendapat dan keinginannya ketika berdiskusi mengenai pilihan studi setelah SMA dengan guru-guru.  Mereka juga tidak segan meminta bantuan pihak sekolah sebagai mediator ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan orangtua/wali dalam menentukan tujuan studi lanjutnya setelah SMA. 

Source: pexels.com

Siswa-siswa dengan efikasi diri yang rendah teridentifikasi memiliki keluarga yang kurang memperhatikan proses studi mereka. Siswa tersebut sering kebingungan dalam menentukan tujuan dan membuat keputusan. Mereka bahkan teridentifikasi tidak begitu yakin akan lulus atau tidak dalam ujian. Siswa demikian mengakui bahwa di keluarga, mereka tidak pernah atau jarang membicarakan tentang tujuan hidup siswa setelah SMA.

Pilihan pekerjaan siswa juga menunjukkan pengaruh kuat dari efikasi diri anggota keluarga terhadap remaja. Pilihan jurusan kuliah dan rencana kerja seringkali memiliki kesamaan dengan orangtua atau anggota keluarga lain yang lebih dewasa. 

Jika di dalam keluarga terdapat PNS/ASN, maka siswa juga cenderung ingin memiliki pekerjaan yang sama. Anak-anak yang berasal dari keluarga pengusaha juga cenderung memilih melanjutkan usaha orangtua. Sebagian siswa lain ada juga yang memilih berkarir sebagai dokter dan tenaga ahli kesehatan karena orangtua atau saudara tuanya bekerja di bidang tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline