Lihat ke Halaman Asli

Alam Semesta

Instructional Designer

Blended dan Online Learning, Keren?

Diperbarui: 8 Juni 2019   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Pixabay.com

"Saya tidak pernah kuliah online atau ambil kuliah blended learning. Kelas blended learning yang saya buat sekarang ini hanya dari hasil mereka-reka saja. Benar atau tidak, sesuai atau tidak, saya sendiri belum yakin."

"Blended learning sangat trend sekarang ini. Kampus kami juga telah mencanangkan program tersebut. Oleh sebab itu, saya sebagai dosen juga mau tidak mau harus mengikuti trend tersebut."

Kedua kutipan tersebut disampaikan oleh peserta lokakarya pengembangan lingkungan belajar daring dan blended learning yang saya fasilitasi. Kedua pernyataan tersebut mewakili kegamangan para dosen perguruan tinggi ketika berhadapan dengan disrupsi teknologi digital. Disrupsi tersebut menuntut mereka beradaptasi dan bertransformasi sejalan dengan kemajuan pesat teknologi digital.


Teknologi Pembelajaran

Adaptasi dan transformasi tersebut seringkali tidak berjalan dengan mudah. Intensitas pekerjaan yang sangat padat seringkali membuat dosen harus berada dalam situasi bagai makan buah simalakama.

Mengadaptasi perkembangan teknologi harus disertai kesediaan untuk belajar.  Di tengah-tengah kesibukan menjalankan tugas utama mengajar, meneliti, dan membimbing mahasiswa, dosen seringkali kesulitan mengatur waktu untuk belajar teknologi. Terlebih lagi jika mereka mendapatkan tambahan pekerjaan administratif dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat maka waktu yang dimiliki juga akan semakin berkurang.

Di sisi lain, perguruan tinggi merasa bangga dan keren jika memiliki kelas belajar daring atau blended learning. Keberadaan program belajar seperti ini juga dapat mendatangkan nilai tambah bagi akreditasi dan nilai jual universitas untuk ditawarkan kepada konsumen dan mitra kerja sama.

Sayangnya pola pikir bangga dan keren dengan penyelenggaraan program belajar daring dan blended learning tersebut seringkali belum didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik dan pengembangan program pendidikan. Tidak jarang, dosen dan mahasiswa justru merasa terbebani dengan pelaksanaan program tersebut. Pengadaan program juga kadang tidak meningkatkan daya saing universitas dari segi peningkatan kualitas pendidikan.

Di negara-negara maju, dukungan pengembangan pembelajaran daring dan blended learning sudah didukung oleh unit kerja khusus. Unit kerja tersebut memiliki designer instruksional yang terampil dan ahli dalam membatu dosen mengembangkan kelas-kelasnya. Kondisi ini belum dimiliki oleh sebagian besar universitas di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline