Lihat ke Halaman Asli

Alam Semesta

Instructional Designer

Kesadaran dan Literasi Digital

Diperbarui: 24 Mei 2019   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Glenn Carstenns, https://unsplash.com/creative-commons-images 

"Mulutmu adalah harimau-mu." Saat informasi disebarkan dari mulut ke mulut, ungkapan ini dijadikan sebagai pengingat. Pengingat untuk berpikir sebelum berbicara. Pengingat supaya kita sadar  tentang efek dari apa yang kita ucapkan. Di masa sekarang kita tentu SADAR, lebih banyak infomasi kita sebarkan dalam bentuk teks ataupun visual. Teks dan visual yang kita hasilkan dan bagikan dengan sentuhan jari-jari kita pada layar gawai cerdas yang terkoneksi ke internet.

Internet menjadi penghubung komunikasi yang kita lalukan melalui berbagai aplikasi media sosial yamg terpasang pada gawai cerdas. Perkembangan pengguna internet di Indonesia sangat pesat. Berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia per 14 April 2019 telah mencapai 171,17 juta dengan porsi terbesar adalah pengguna berusia 15-19 tahun (Kompas Online, 16/05/2019). Para pengguna internet tersebut sebagian besar menggunakannya untuk percakapan online dan saling berbagi foto atau video.


Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, dan Line adalah 5 media yang cukup populer di Indonesia (Hinet, 12/03/2019). Dua media lain, Twitter dan Facebook Messanger juga tidak sedikit jumlah penggunanya (Masterseo CEO, 23/03/2019). Semua media tersebut telah menjadi kanal-kanal penyebaran informasi yang sangat besar di Indonesia, mulai dari berita positif sampai dengan berita bohong. Media tersebut juga dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan ujaran kebencian dan membangkitkan semangat diskriminatif terhadap golongan lainnya.

Tentu saja kita sadar bahwa anak-anak merupakan kelompok yang sangat berpotensi menjadi korban dan juga pelaku kejahatan di dunia maya ketika menggunakan media-media soaial. Pada tahun 2016 (Detiknews Online, 03/06/2016) Polda Metor Jaya berhasil mengungkap enam kasus kejahatan di internet yang melibatkan anak-anak. Tindakan kejahatan tersebut beragam, mulai dari peretasan terhadap instagram, pornografi, penghasutan, penipuan online, sampai dengan prostitusi online.


Anak-anak berumur 12-15 tahun sangat berpotensi menjadi kekerasan di media sosial (Sindonews, 11/03/2019). Oleh sebab itu, orang tua harus memberikan pemahaman dan pendampingan kepada anak-anak di dalam menggunakan media tersebut. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua dan anak dalam menggunakan teknologi, sebuah program bernama Siber Kreasi telah dibentuk oleh sekelompok warga masyarakat yang peduli mengenai penggunaan media digital dan internet secara bertanggung jawab. Institusi ini melakukan kampanye digital literasi dan penyebaran konten-konten positif untuk mendampingi para pengguna media agar dapat bertanggung jawab dalam memanfaatkan media-media tersebut.

Sumber: Jakob Owens, https://unsplash.com/creative-commons-images 


Meningkatnya suhu politik di Jakarta 21-22 Mei 2019 juga membuat pemerintah sadar mengenai perlunya regulasi yang lebih baik dalam mengendalikan penyebaran konten-konten negatif yang dapat memecah-belah persatuan bangsa. Meskipun sebagian besar masyarakat keberatan dengan pembatasan fungsi fitur-fitur media sosial, namun tindakan tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat (Sindonews, 23/05/2019). Masyakat sadar bahwa media tersebut dapat menjadi perantara penyebaran informasi bohong yang dapat menimbulkan keresahan.


Internet dan media sosial telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia di era digital. Tindakan pengendalian dan pembatasan kita sadari dapat menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan kita. Oleh sebab itu sebagai pengguna kita mesti sadar juga bahwa media tersebut diciptakan untul digunakan dengan tujuan baik, Namun akan selalu ada kelompok yang akan membuatnya menjadi buruk. Kesadaran diri menjadi sangat penting dalam mengatur penggunaan media tersebut. Kesadaran diri akan membuat kita mempertimbangkan dan mencari informasi tambahan sebelum turut serta dalam menimbulkan keresahan. Kesdaran akan memandu kita untuk tidak salah bertindak dan ikut menyebarkan kebohongan. Kesadaran akan meningkatkan kualitas literasi digital kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline