Pada saat belajar di kelas, mahasiswa BIPA sangat senang berdiskusi mengenai makanan. Diskusi biasanya diawali dengan menonton video wisata kuliner atau membaca postingan di blog. Mahasiswa kemudian akan menggunakan baidu (browser di Tiongkok) untuk mencari informasi tambahan dalam bahasa Mandarin. Mahasiswa dapat dengan cepat mengenal jenis-jenis makanan Indonesia dengan memadukan informasi dari kedua bahasa tersebut.
Tidak hanya sekedar ingin tahu mengenai bentuk jadi dari makanan, mahasiswa juga ingin mempelajari cara membuatnya. Sayangnya, mahasiswa Yuexiu tidak diperkenankan untuk memasak di asrama. Jika mahasiswa ingin memasak, mereka akan mencoba membujuk saya atau Batari (dosen Bahasa Indonesia lainnya) untuk mengijinkan mereka memasak di apartemen kami.
Pada bulan April 2018 saya ingat mahasiswa berkunjung dua kali ke apartemen saya untuk memasak dan makan bersama. Sebagian besar makanan memang dimasak oleh saya, dan peserta membantu saya dengan memotong dan mencuci bahan-bahan yang akan digunakan. Beberapa makanan yang saya kenalkan kepada mahasiswa antara lain: sambal, soto ayam, aneka gorengan, nasi kuning, dan kolak. Selain itu ada beberapa menu tambahan yang bukan menu-menu Indonesia, seperti es krim dan pie susu dengan toping mangga.
Mahasiswa selalu antusias memperhatikan cara-cara saya mengolah dan memasak makanan tersebut. Mereka juga mengajukan banyak sekali pertanyaan saat melihat cara-cara yang berbeda dengan yang biasa dilakukan dalam proses memasak di Tiongkok. Saat makan, mereka juga membandingkan rasa, tekstur, dan bentuk makanan dengan makanan yang mereka kenal di daerahnya. Makan-makan kami seringkali berlangsung seharian dan beronde-ronde.
Ada banyak hal menarik dari setiap pertemuaan. Saya ingat sekali ketika kentang goreng yang akan saya pakai untuk paduan soto ayam habis dimakan sebelum sotonya jadi. Kentang itu dikira snack yang disiapkan untuk mereka. Bagi Batari, acara makan nasi kuning merupakan kesempatan pertama baginya untuk membuat tumpeng. Bagi hampir semua mahasiswa, makan gorengan dengan sambal merupakan sesuatu yang sangat memanjakan lidah-lidah mereka. Mahasiswa juga sangat antusias belajar cara membuat perkedel kentang.
Waktu panjang tidak terasa ketika kami berkumpul untuk menikmati makanan sambil bercengkerama. Saya yakin selain saya, mahasiswa tersebut yang sekarang sedang berada di Indonesia juga merindukan suasana tersebut. Saat mereka kembali ke kampus sekitar bulan September tahun ini, saya yakin kami akan berkumpul kembali untuk babak baru menikmati memasak dan makan-makan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H