Lihat ke Halaman Asli

Mata Hatiku, Kaulah Nadiku

Diperbarui: 6 Juli 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

katakan pada langit yang menghitam bertahun resah terlarung dalam dekapkita kala tangis adalah warna Kala tawa adalah bias di pagi kita aku resah dalam kehampaan ketika syair-syairmu lenyap tak bersisa pun sejuta tanya yang menyingkap di bibir mungilmu tak jua kunjung jadi santapan enam tahunsudah kesah kita adalah desah pagi merangkai kisah di jalan terjal berbatu bersama, dengan kasih yang pincang tak ada lagi tawamu yang ada hanya diam di ranjang putih tak ada lagi tangismu yang ada hanya bibirmu terpaku pasi bangunlah hai matahatiku bangunlah tangisku merebak dalam setiap desah nafasmu hancurnya hatiku menikam setiap detak nadiku kurindu setiap tangismu di pagi hari atau tawamu kala menendang bola di pinggir senja bangunlah matahatiku bangunlah ayah merindukanmu ayah merindukanmu . lembah bulusaraung 031111 : 10:51




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline