Lihat ke Halaman Asli

Syamsu Alam

Pembelajar Ekonomi dan Pasar Modal

Kecuali Imam Ali

Diperbarui: 11 Mei 2020   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok: twitter.com/sayedmodaressi

Esai sederhana untuk kisah yang agung, ditulis oleh pembelajar Islam klasik yang sekolah di sekolah sekuler


Esai ini diinspirasi tiga kisah: pertama, keberanian si "Sontoloyo" Bossmam Mardigu yang pernah menyela mbahnya dalam pengajian tentang hadis St. Aisyah yang keliru mencampur gula dan garam dalam minuman Nabi. Kedua, quote Marthin Luther King. Ketiga, kisah Syahid Imam Ali yang dibunuh oleh si penghafal Alquran yang kelihatan saleh, Ibnu Muljam.

Waktu kecil (tahun 80-an) saya sering mendengar penggalan kehebatan kisah Bagenda Ali. Saat itu saya tidak tahu, siapa itu Bagenda Ali. Di masjid-masjid justru yang banyak dikutip adalah Sahabat Abu Bakar, Umar, Usman, dan Istri Nabi, Aisyah. Saya merasa semua sahabat Nabi bisa diceritakan riwayatnya dengan santai di mimbar-mimbar. Kisah heroisme, kisah ketegasan, kedermawanan, kecuali Ali. Mengapa?

Sedekat pengetahuanku, banyak orang tidak mau  masuk dalam ranah perdebatan atau pergulatan sejarah Islam klasik, khususnya pasca kenabian, mengapa?  Boleh jadi tidak tertarik, boleh jadi buang-buang waktu saja, beranggapan konflik tak berkesudahan atau Bisa saja takut mengganggu stabilitas keyakinanya. Its Ok. Itu hal lumrah. Sudah ada sejak jaman bahelula (zaman dahulu kala).

Saya ingat ungkapan ekonom yang mengatalan, bukan karena ide barunya sehingga orang menolak ide tersebut. Tetapi karena orang-orang enggan menggeser ide atau pengetahuan lamanya.

Kondisi ini semakin parah di era post-truth, karena orang lebih tertarik pada pengetahuan yang dia sukai (meskipun belum tentu benar) dari pada mencari dan menggali pengetahuan yang lebih sahih. Semakin diperparah lagi karena kehidupan bersosial media kita diatur oleh algoritma sosmed yang akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang seselera dan seemosioanal (khususnya FB), platform lainnya juga mirip demikian.

Marthin Luther King bilang, "Jika Anda ingin ide baru, bacalah buku lama". Itulah mengapa saya menyukai kisah klasik dari buku-buku klasik. Kisah dari ayat dan riwayat. Termasuk kisah cinta klasik.

Teori Chaos mengajarkan, jika ada kekacauan yang susah terselesaikan, bahkan sulit ditemukan akar masalahnya, teori ini menyarankan carilah titik awalnya (initial condition).

Sependek pengetahuanku, banyak riwayat (termasuk Sunnah Nabi) dalam Islam yang tercemar oleh tangan-tangan para sahabat. Apalagi penulisan sejarah pada fase tabbit tabiin. Sangat jauh dari titik awal (initial condition) . Jika ada pembaca yang berminat kitab-kitab dan publikasi kajiannya (ebook) boleh japri saya, bisa via email (cintadanakal@gmail.com)

Salah satunya misalnya. Gara-gara Virus Corona banyak umat Islam baru mengetahui kalau kebiasaan salat tarawih berjamaah bukan sunnah Nabi, tapi Sunnah sahabat. Bahkan azan yang sering kita dengar itu adalah hasil gubahan sahabat  (Umar) (Sumber Kajian IJABI, dikutip dalam Kitab Sunan Baihaqi). Daaaaaaan banyak lagi kisah dan riwayat yang menurut saya, yang bersekolah di sekolah sekuler, namun merasa wajib mengatahui asal-usul keyakinan, sangat membutuhkan informasi dan hasil kajian initial condition dalam ajaran Islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline