Lihat ke Halaman Asli

Alam Ahmad

Sarjana Humaniora yang berprofesi sebagai pustakawan sekaligus Barista.

Komunikasi Hado dalam Masalah Percintaan

Diperbarui: 16 September 2018   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Sebagai mahasiswa sastra, saya berkewajiban untuk menjadi perasa yang handal. Mencicipi majas-majas dalam puisi dan menguliti unsur intrinsik dalam sebuah cerpen dan novel sudah menjadi "sego jangan" (Nasi dan sayur) kalau kata orang jawa bilang.

Celakanya jiwa-jiwa perasa itu tak terasa menerobos masuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi peka terhadap ketidakadilan di masyarakat karena seringnya membaca cerpen-cerpen dan novel-novel yang ber-genre sosial misalnya, dan menjadi diam lalu berpikir atas apa yang orang lain katakan karena di dalam perkataan itu terdapat majas-majas yang terselip di dalamnya.

Salah satunya adalah ketika dosen saya memaparkan tentang berbagai macam bentuk komunikasi. Jiwa perasa itu muncul ketika pemaparan itu sampai pada komunikasi hado.

Komunikasi hado adalah komunikasi antara manusia dengan alam semesta, baik dengan makhluk hidup maupun dengan benda mati.

Seperti halnya mobil, apabila kita menendangnya, memakinya, lalu kita perlakukan dengan buruk maka respon dari mobil kita akan sama yaitu buruk ke kita. Mungkin mogok di tengah perjalanan, ban bocor dan lain sebagainya.

Namun apabila kita memperlakukan dengan baik, memujinya dan mencintainya sepenuh hati maka respon baik dari mobil itu kepada kita yang akan kita terima. Hal itupun berlaku juga terhadap air, pohon dan lain sebagainya.

Jika ditelaah lebih dalam lagi kita bisa mencoba teori komunikasi hado ini ke dalam ranah percintaan.

Apabila anda merasa kurang diterima baik oleh sang pujaan hati, mungkin anda kurang dalam hal perhatian dan memperhatikan.

Teorinya sangat mudah, sama seperti teori pada hukum kausalitas yaitu ada sebab maka ada akibat. Sebabnya kita memperlakukan pujaan hati kita dengan baik maka akibatnya kita mendapatkan perhatian yang baik pula.

Hal ini juga sudah dirumuskan oleh orang-orang Jawa pada tembangnya yang berbunyi "witing tresno jalaran soko kulino" yang mempunyai arti cinta itu datang karena terbiasa, maksudnya terbiasa karena kita perlakukan dengan baik; dengan kasih sayang yang tulus.

Namun apabila kasusnya adalah cinta marawis atau bahasa kerennya cinta bertepuk sebelah tangan maka jangan khawatir, tetaplah pada pendirian anda untuk tetap memperjuangkan pujaan hati anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline