Bantul -Sumiyati atau kerap disapa bu sum, wanita berusia 65 tahun petani jagung tradisional asal Kabupaten Bantul kecamatan Siyangan, dan bukan sekedar bertani, Bu sum juga mengolah hasil pertanian nya sendiri dan menjualnya ke pasar.
Jika dilihat dari corak masyarkat nya Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar dan diakui oleh negara negara luar, sebagian besar penduduk indonesia berprofesi sebagai petani, terkhusus nya masyarakat indonesia yang ada dipulau jawa, selain sebagai sumber penghasilan atau mata pencarian dan memenuhi kebutuhan sehari hari, bertani juga menjadi salah satu kegiatan turun temurun dari keluarga atau leluhur sebelumnya.
Bu sum sudah mulai terjun ke dunia pertanian semenjak lulus SMA, "Saya mulai bertani dari membantu orang tua hingga sekarang saya memiliki suami" Kata Bu sum. Corak masyarakat di Bantul terutama Kecamatan Siyangan yang mayoritasnya sebagai petani baik itu padi atau jagung, meskipun beberapa ada yang berkebun bahkan berdagang.
Ada faktor tertentu yang bisa mempengaruhi hasil dari pertanian Bu sum, faktor yang paling mencolok adalah faktor cuaca, karena Indonesia dengan iklim tropis menyebabkan cuaca yang bisa berubah kapan saja.
Dengan iklim yang seperti Bu sum atau bahkan petani lain harus siap dengan semua konsekensi nya ketika jagung yang mereka tanam akhirnya gagal panen, dan selain faktor cuaca ternyata masih ada fakto faktor lain yang cukup mempengaruhi pertanian yang ada di indonesia khususnya Bu sum, seperti faktor teknolohi yang terus berkembang sehingga sedikit menggeser pola pertanian tradisional sampai faktor kebijakan pemerintah indonesia dalam mengatur dan mensejahterakan kaum petani.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertanian Bu sum, atau bahkan warga yang kabupaten Bantul tepatnya kecamatan Siyangan yaitu faktor teknologi yang cukup pesat berkembang di bidang pertanian, meskipun teknologi yang berkembang di pertanian sangat membantu, ha ini pun menjadi suatu hal yang cukup negatif jika kita lihat dari sudut pandang petani yang memiliki ekonomi yang tergolong rendah seperti Bu sum.
Pesatnya perkembangan teknologi di bidang pertanian cukup mempengaruhi efisiensi kerja dan hasil yang didapatkan oleh petani, contohnya saja dari segi produksi pasca panen, banyak alat alat canggih yang berkembang, dan juga menghasilkan budaya atau corak pertanian yang baru dalam pertanian di indonesia terkhususnya di kecamatan Siyangan.
Bu sum merupakan salah satu petani yang masih menerapkan pola pola atau corak pertanian yang bisa dibilang tradisional, mulai dari cara merawat tanah yang masih menggunakan tenaga manusia, menanam dengan cara manual, menggunakan pupuk organik meskipun sesekali menggunakan pupuk subsidi yang telah disediakan oleh pemerintah sampai pada cara produksi yang cukup unik dengan memanfaatkan barang yang tradisional dan juga tidak memakan biaya yang terlalu besar dalam cara produksinya.
Cara produksi yang diterapkan oleh Bu sum bisa dikatakan kreatif dan sangat unik, pasalnya pada era modern sekarang dan disertai dengan perkembangan teknologi Bu sum masih memilih menggunakan dan memanfaatkan alat alat yang sederhana dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar.