Lihat ke Halaman Asli

AL ARUDI

Lainnya

Bik Anyun Penjual Keripik Singkong

Diperbarui: 2 Agustus 2024   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi wanita tua penjual keripik singkong (Gambar oleh congerdesign dari Pixabay)

Sebuah pantai di tepi laut, diapit oleh deretan pohon cemara melambai-melambai, terdapat sebuah warung sederhana yang menjual keripik singkong. Bik Anyun duduk di  balik meja kayu yang sudah usang. Dengan rambut yang mulai memutih dan tangan penuh keripik, dia menghabiskan hari-harinya menjajakan keripik singkong buatannya sendiri kepada pengunjung pantai.

Setiap pagi, Bik Anyun bangun sebelum matahari tersenyum untuk menyiapkan keripik yang segar. Tangannya yang kurus dan sudah keriput, mencuci singkong, mengupasnya dengan hati-hati, lalu mengirisnya tipis-tipis sebelum menggorengnya hingga crispy. 

Meski usia Bik Anyun sudah senja, semangatnya tak pernah pudar. Dia Juga tidak pernah mengeluh, ketika pembeli sepi. Bagi Bik Anyun rezeki sudah diatur oleh Allah. Dia selalu tersenyum ketika menyapa pelanggan yang datang.

Sayangnya, di balik senyumnya yang tulus, ada duka yang tersimpan di hati Bik Anyun. Dua anaknya, Wiwin dan Yuni, hidup dalam kemewahan dan jarang mengingat sosok ibunya. 

Bik Anyun tak mengharapkan  harta anaknya. Kebahagian bagi Bik Anyun, Jika kedua putrinya itu meluangkan waktu untuk mengunjunginya. Di usianya yang sudah tujuh puluh delapan  tahun, hidupnya tidak dipenuhi tuntutan materi lagi. Hanya kedatangan kedua putrinya itulah yang mampu meredam kerinduannya.

Perasaan Bik Anyun baru kemarin dia melepaskan payu daranya untuk menyusui kedua putrinya itu. Tak terasa saat ini kedua putrinya itu sudah hidup menjauh darinya. Bahkan kedua putrinya seperti melupakannya, karena mereka disibukkan oleh mencari uang.
****
Wiwin dan Yuni tinggal di sebuah rumah besar di tengah kota, dikelilingi oleh barang-barang mahal dan mobil keluaran baru. Kehidupan mereka yang berkecukupan membuat mereka sangat sibuk dengan pekerjaan dan kesenangan masing-masing, sehingga mereka tidak peduli dengan kehidupan Bik Anyun yang sederhana di tepi pantai.

Suatu hari, Wiwin dan Yuni merencanakan liburan ke pantai yang sama. Mereka bersemangat menghabiskan waktu, bersenang-senang, dan menikmati kebersamaan. Namun, dalam perjalanan itu, mereka sama sekali tidak sadar bahwa warung keripik ibunya berada di pantai yang mereka datangi. 

Ketika mereka tiba, suara tawa dan riuhnya ombak seolah membuat mereka melupakan apa yang ada di sekitar. Mereka sangat asyiknya menikmati hembusan angin dan nyanyian burung camar. Mereka tak sadar sebuah mata tua dan hampir keriput menatap mereka penuh rindu  dari balik warung sederhana.

“Wiwin, lihat! Ada keripik singkong di sana! Wajah penjualnya seperti orang tua yang pernah kita lihat. Ayo kita coba!” seru Yuni bersemangat. Tiba-tiba mata Yuni menatap ke warung ibunya.

Wiwin hanya mengangguk sambil sibuk dengan ponselnya. “Tunggu sebentar, saya ingin memposting foto ini ke media sosial.” kata Wiwin. Jari dan matanya terpusat penuh ke layar gawainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline